Keraton Kasepuhan merupakan sebuah keraton yang terletak di kelurahan Kesepuhan, Lemahwungkuk, Cirebon. Keunikan dari arsitektur keraton ini sangat terkenal karena memiliki nilai sejarah yang tinggi. Di sekitar halaman depan keraton, terdapat tembok bata merah yang mengelilingi serta sebuah pendopo. Sebelumnya, Keraton Kasepuhan dikenal sebagai Keraton Pakungwati yang menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Cirebon. Di dalam keraton ini terdapat museum yang menyimpan berbagai koleksi pusaka dan lukisan yang berasal dari kerajaan.
Salah satu koleksi yang menarik adalah kereta Singa Barong, yang dulunya merupakan kereta kencana milik Sunan Gunung Jati. Saat ini, kereta tersebut hanya digunakan pada tanggal 1 Syawal untuk dimandikan. Kawasan dalam Keraton Kasepuhan mencakup bangunan utama yang berwarna putih dan terdiri dari beberapa ruangan penting. Ruang tamu merupakan salah satu ruangan yang dapat ditemui di dalam keraton ini. Ruang ini berfungsi sebagai tempat pertemuan dan penghormatan kepada tamu-tamu yang berkunjung ke keraton.
Cirebon merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Barat yang memiliki Keraton Kasepuhan sebagai kebanggaannya. Keindahan dan kelestarian keraton ini menjadikannya yang terbaik di Cirebon. Keraton Kasepuhan Cirebon menjadi ikon kota tersebut dan memiliki nilai sejarah yang sangat penting. Jika Anda berkunjung ke Kota Cirebon, kunjungan Anda tidak akan lengkap tanpa mengunjungi tempat wisata yang terkenal ini. Kesultanan Cirebon yang berada di pantai utara pulau Jawa, di perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah, menjadikannya pelabuhan dan jembatan antara dua budaya yang berbeda. Budaya Jawa dan Sunda tumbuh secara harmonis di sini.
Daftar Isi
- 1 Alamat Lengkap Akses Lokasi Rute
- 2 Fasilitas
- 3 Tiket Masuk
- 4 Sejarah
- 5 Larangan Dan Aturan
- 6 Aktivitas
- 7 Keunikan Daya Tarik
- 8 Kuliner Tempat Makan
- 9 Penginapan Hotel Dekat
- 10 Wisata Sekitar Pantai Dekat
- 11 Tips
- 12 FAQ
- 13
- 14 Review Video
Alamat Lengkap Akses Lokasi Rute
Alamat lengkap Keraton Kasepuhan Cirebon adalah sebagai berikut:
Jl. Kasepuhan No.43, Kesepuhan, Kec. Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat 45114.
Keraton Kasepuhan Cirebon merupakan destinasi wisata bersejarah yang sangat mudah diakses baik dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Terletak strategis di depan alun-alun Kota Cirebon, keraton ini menawarkan pengalaman unik bagi para wisatawan.
Selain menikmati keindahan dan nilai sejarah Keraton Kasepuhan, Anda juga bisa beristirahat sejenak atau menjajaki makanan di sekitar alun-alun Cirebon yang hidup dan ramai. Jangan lewatkan kesempatan untuk mencicipi beragam makanan khas, seperti gorengan, yang tersedia di sekitar alun-alun tersebut.
Dengan keberadaannya yang berhadapan langsung dengan alun-alun, Keraton Kasepuhan Cirebon memberikan kesempatan bagi Anda untuk menjelajahi situs bersejarah ini sambil menikmati suasana dan kuliner lokal. Kunjungan Anda akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan di tengah pesona sejarah yang disajikan oleh keraton yang megah ini.
Untuk akses lokasi rute, berikut adalah penjelasannya:
- Dari Terminal Bus Hajarmukti, Cirebon:
- Keluar dari Terminal Bus Hajarmukti dan arahkan diri ke timur menuju Jl. Brigjend Dharsono.
- Ikuti Jl. Brigjend Dharsono sejauh sekitar 1,5 km hingga mencapai perempatan Jl. Cipto Mangunkusumo.
- Ambil belok kiri ke Jl. Cipto Mangunkusumo dan terus melaju sejauh sekitar 700 meter.
- Pada perempatan Jl. Cipto Mangunkusumo dan Jl. Sultan Agung, ambil belok kanan ke Jl. Sultan Agung.
- Ikuti Jl. Sultan Agung sejauh sekitar 1,2 km dan Anda akan sampai.
- Dari Stasiun Cirebon:
- Keluar dari Stasiun Cirebon dan arahkan diri ke barat laut menuju Jl. Dr. Cipto Mangunkusumo.
- Ikuti Jl. Dr. Cipto Mangunkusumo sejauh sekitar 1,7 km hingga mencapai perempatan Jl. Sultan Agung.
- Ambil belok kanan ke Jl. Sultan Agung.
- Ikuti Jl. Sultan Agung sejauh sekitar 1,2 km dan Anda akan sampai.
- Dari Bandara Internasional Kertajati, Majalengka:
- Keluar dari Bandara Internasional Kertajati dan arahkan diri ke timur menuju Jl. Tol Kertajati-Cirebon.
- Masuk ke Jl. Tol Kertajati-Cirebon.
- Ikuti jalan tol tersebut hingga mencapai gerbang tol Cirebon Timur.
- Setelah keluar dari gerbang tol, ikuti Jl. Brigjend Dharsono sejauh sekitar 5 km hingga mencapai perempatan Jl. Cipto Mangunkusumo.
- Ambil belok kiri ke Jl. Cipto Mangunkusumo dan terus melaju sejauh sekitar 700 meter.
- Pada perempatan Jl. Cipto Mangunkusumo dan Jl. Sultan Agung, ambil belok kanan ke Jl. Sultan Agung.
- Ikuti Jl. Sultan Agung sejauh sekitar 1,2 km dan Anda akan sampai.
Dengan mengikuti rute-rute tersebut, Anda akan dapat mencapai Keraton Kasepuhan Cirebon dengan mudah. Pastikan juga menggunakan aplikasi navigasi atau peta untuk memudahkan Anda dalam perjalanan.
Fasilitas
Fasilitas di Keraton Kasepuhan Cirebon cukup memadai untuk menunjang kunjungan wisata dengan tema sejarah. Di dalam kompleks keraton, tersedia area parkir yang dapat digunakan oleh pengunjung yang datang dengan kendaraan pribadi. Selain itu, tersedia juga fasilitas toilet untuk kenyamanan pengunjung.
Bangunan lunjuk di area utama keraton berperan sebagai tempat penerimaan tamu, pencatatan, dan pelaporan urusan kepada Sultan. Fungsi bangunan ini menjaga keamanan dan kelancaran operasional keraton. Selain itu, keamanan keraton juga dijaga oleh petugas kepolisian untuk memastikan situasi tetap aman dan terkendali.
Dengan adanya fasilitas yang mencukupi dan keamanan yang terjaga dengan baik, pengunjung dapat merasakan pengalaman wisata yang menyenangkan dan aman.
Ketika Anda mengunjungi Keraton Kasepuhan di Cirebon, Anda akan menikmati keindahan koleksi klasiknya serta beragam fasilitas pendukung yang akan membuat liburan Anda semakin menyenangkan. Berikut ini beberapa fasilitas wisata yang tersedia:
- Tempat parkir kendaraan: Terdapat area parkir yang dapat digunakan untuk menempatkan kendaraan Anda dengan aman dan nyaman.
- Kompleks istana: Anda dapat menjelajahi kompleks istana yang menampilkan arsitektur klasik dan keindahan bangunan keraton. Nikmati suasana kerajaan yang dulu pernah ada.
- Masjid keraton: Di dalam kompleks keraton, terdapat masjid yang dapat Anda kunjungi untuk beribadah atau sekadar mengagumi keindahannya.
- Gazebo: Terdapat gazebo yang tersebar di sekitar keraton, tempat yang cocok untuk bersantai sambil menikmati keindahan sekitar.
- Spot foto klasik anti mainstream: Anda dapat menemukan spot-spot foto yang unik dan klasik di sekitar keraton, yang akan memberikan hasil foto yang menarik dan berbeda dari kebanyakan tempat wisata.
- Warung wisata: Di sekitar keraton, terdapat warung-warung yang menyajikan makanan dan minuman tradisional. Anda dapat mencicipi hidangan khas Cirebon dan menikmati suasana makan di tempat yang bersejarah.
- Tour guide keraton: Jika Anda ingin mendapatkan penjelasan mendalam tentang sejarah dan budaya Keraton Kasepuhan, tersedia juga pemandu wisata yang akan membantu Anda menjelajahi keraton dengan lebih baik.
- Toilet dan kamar mandi: Fasilitas umum seperti toilet dan kamar mandi juga tersedia di sekitar keraton untuk kenyamanan pengunjung.
Nikmati liburan Anda dengan memanfaatkan fasilitas pendukung yang ada. Dengan beragam fasilitas tersebut, Anda dapat menikmati keindahan keraton sambil merasakan kenyamanan dan kemudahan selama liburan Anda di Cirebon.
Fungsi
Fungsi Keraton Kasepuhan Cirebon dapat dibagi menjadi beberapa aspek, antara lain:
- Sejarah dan Warisan Budaya: Keraton Kasepuhan Cirebon berperan penting dalam melestarikan sejarah dan warisan budaya Cirebon. Sebagai bangunan bersejarah, keraton ini menyimpan banyak peninggalan dan koleksi benda-benda kuno yang menggambarkan kehidupan dan kebudayaan masa lalu. Fungsi ini menjadikan keraton sebagai saksi sejarah dan pusat pemeliharaan tradisi dan budaya Cirebon.
- Pusat Pemerintahan: Pada masa lalu, Keraton Kasepuhan Cirebon merupakan pusat pemerintahan Cirebon. Fungsi ini mencerminkan peranan keraton sebagai tempat pengambilan keputusan politik, administratif, dan sosial pada masa kejayaan kerajaan Cirebon. Meskipun tidak lagi digunakan sebagai pusat pemerintahan, keraton masih mempertahankan nilai simbolis dan sebagai landmark penting di kota Cirebon.
- Pusat Pendidikan dan Pengajaran: Keraton Kasepuhan Cirebon juga berfungsi sebagai pusat pendidikan dan pengajaran. Melalui tur dan panduan yang disediakan oleh pemandu wisata, pengunjung dapat mempelajari sejarah, budaya, dan tradisi Cirebon. Keraton juga sering menjadi tempat penyelenggaraan acara-acara budaya, pertunjukan seni, dan upacara adat yang memiliki nilai pendidikan dan menghidupkan kembali tradisi-tradisi masa lampau.
- Pariwisata: Salah satu fungsi utama Keraton Kasepuhan Cirebon adalah sebagai objek wisata yang menarik bagi wisatawan lokal maupun internasional. Keunikan arsitektur, koleksi benda-benda bersejarah, dan suasana keraton yang khas menjadikannya daya tarik wisata yang signifikan di Cirebon. Dengan menarik wisatawan, keraton memberikan dampak ekonomi positif bagi kota Cirebon melalui sektor pariwisata, termasuk hotel, restoran, dan industri kreatif terkait.
- Pelestarian Budaya: Melalui peran sebagai keraton dan museum, Keraton Kasepuhan Cirebon berperan dalam melestarikan dan mempromosikan budaya Cirebon. Dengan menjaga dan merawat bangunan, koleksi, dan tradisi yang ada di dalamnya, keraton berkontribusi pada upaya pelestarian budaya dan identitas lokal. Fungsi ini penting untuk menjaga keberlanjutan warisan budaya dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai sejarah dan budaya mereka.
Dengan demikian, Keraton Kasepuhan Cirebon memiliki fungsi yang beragam, mulai dari sejarah dan warisan budaya, pusat pemerintahan, pusat pendidikan dan pengajaran, pariwisata, hingga pelestarian budaya.
Tiket Masuk
Harga tiket masuk Keraton Kasepuhan adalah sebagai berikut:
- Dewasa: Rp15.000 per orang.
- Pelajar: Rp10.000 per orang.
Jika ingin mengunjungi museum, Anda perlu membeli tiket terpisah dengan harga Rp15.000 per orang, baik untuk umum maupun pelajar. Sementara untuk masuk ke petilasan Dalem Agung Pakungwati, juga dikenakan biaya tiket masuk sebesar Rp10.000 per orang.
Namun, terdapat opsi tiket terusan yang memungkinkan pengunjung untuk mengakses area Keraton, museum, dan petilasan Dalem Agung Pakungwati. Harga tiket terusan adalah sebagai berikut:
- Tiket Terusan (Keraton dan Museum): Rp20.000 per orang.
- Tiket Terusan (Keraton, Museum, dan Petilasan): Rp25.000 per orang.
Jika Anda ingin mendapatkan penjelasan dan pemaparan mengenai bangunan dan artefak sejarah, Anda dapat menggunakan jasa pemandu wisata. Meskipun tidak ada tarif pasti yang ditetapkan, rata-rata pengunjung memberikan uang tip sekitar Rp50.000 kepada pemandu, baik per orang maupun dalam rombongan.
Pastikan untuk menyiapkan uang tunai dengan nominal yang tepat saat akan membeli tiket dan memberikan tip kepada pemandu.
Sejarah
Keraton Kasepuhan memiliki sejarah yang unik dan khas. Segala kejadian dan perubahan yang terjadi di dalamnya memberikan ciri khusus yang tak dapat ditemukan di tempat lain.
Cikal bakal Keraton Kasepuhan bermula dari Keraton Pakungwati, yang didedikasikan untuk mengenang Ratu Dewi Pakungwati. Pada tahun 1529, Panembahan Pakungwati I membangun keraton baru di sebelah keraton lama dengan nama Keraton Pakungwati, sebagai penghormatan terhadap sang ratu.
Namun, kisah Keraton Kasepuhan tidak bisa dipisahkan dari tragedi keruntuhan Kerajaan Cirebon pada tahun 1666 di masa pemerintahan Panembahan Ratu II. Mataram mengambil alih kekosongan kekuasaan di Kerajaan Cirebon setelah mengasingkan Panembahan Ratu II. Tindakan ini memicu kemarahan Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten.
Sultan Ageng Tirtayasa mengambil inisiatif untuk membebaskan putra Panembahan Ratu II, yaitu Pangeran Kartawijaya dan Pangeran Martawijaya, yang telah diasingkan oleh pemerintah Mataram. Pada tahun 1677, terjadi konflik internal di Kesultanan Cirebon yang mengakibatkan pembagian menjadi tiga kesultanan: Kesultanan Kanoman, Kesultanan Kasepuhan, dan Panembahan Cirebon.
Kesultanan Kasepuhan dipimpin oleh Sultan Sepuh I, yang menempati Keraton Pakungwati. Dengan demikian, Keraton Pakungwati berganti nama menjadi Keraton Kasepuhan.
Dalam perjalanan sejarahnya, Memiliki peran yang sangat penting dan pernah mengalami masa-masa sulit akibat penyerangan Belanda. Namun, Keraton Kasepuhan berhasil bangkit kembali dan mempertahankan identitasnya yang unik.
Dengan segala perubahan dan peristiwa yang terjadi di dalamnya, Keraton Kasepuhan tetap menjadi simbol kebesaran dan keunikannya yang tak tertandingi.
Mitos Legenda Misteri
Situs bersejarah seringkali menjadi saksi bisu kehidupan masa lalu yang penuh dengan legenda dan mitos yang memikat. Salah satunya adalah Situs Lawang Sanga yang terletak di Kampung Mandalangan, Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat. Situs ini terletak di depan Sungai Kriyan Cirebon.
Dalam perkembangannya, Situs Lawang Sanga dihiasi dengan mitos yang beredar di kalangan masyarakat Cirebon tentang kehadiran buaya putih di antara Sungai Kriyan dan Situs Lawang Sanga. Masyarakat meyakini bahwa buaya putih tersebut adalah penjaga dari situs Lawang Sanga dan diyakini sebagai wujud dari Elang Angka Wijaya, anak pertama Sultan Syamsudin Marta Wijaya yang dikutuk menjadi buaya putih.
Cerita yang dibagikan oleh Juru Kunci Lawang Sanga, Suwari, mengisahkan tentang seorang putra bernama Elang Angka Wijaya pada masa pemerintahan Sultan Sepuh Marta Wijaya. Konon, pangeran ini memiliki kebiasaan yang kurang baik, yaitu makan sambil tiduran dan sering merebah di atas lantai setelah makan.
Kebiasaan tersebut akhirnya diketahui oleh ayahnya, Sultan Sepuh Marta Wijaya. Sang Sultan kemudian menegur pangeran dengan ucapan tegas, menyatakan bahwa pangeran tersebut seakan-akan seperti buaya yang selalu merebah setelah makan. Dalam kepercayaan dan mitos zaman dulu, ucapan orang tua memiliki kekuatan magis yang dapat menjadi kenyataan.
Pangeran Angka Wijaya, setelah mendengar kata-kata tegas ayahnya, mengucapkan permohonan maaf dan meminta izin untuk pergi. Dia merasa bahwa tinggal di istana Nimas Pakunwarti tidaklah lagi bisa dia toleransi. Tanpa ragu, pangeran tersebut melompat ke kolam keputren, yang merupakan tempat mandi bagi putri-putri raja terdahulu.
Ketika pangeran muncul ke permukaan air, terjadilah perubahan yang mengejutkan. Dia telah berubah menjadi seekor buaya. Kisah ini menjadi bagian dari legenda yang menyelubungi Situs Lawang Sanga di Kampung Mandalangan, Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat. Cerita mengenai pangeran yang dikutuk menjadi buaya putih ini memberikan sentuhan misteri dan daya tarik tersendiri pada situs bersejarah tersebut.
Legenda ini juga menambah kekayaan kisah dan mitos yang terkait dengan Situs Lawang Sanga. Meskipun mitos tersebut tidak dapat dibuktikan secara ilmiah, namun cerita-cerita seperti ini menjadi bagian dari warisan budaya dan sejarah suatu daerah, memperkaya pemahaman kita tentang kehidupan masa lalu serta memberikan nuansa mistis yang memikat.
Dengan kata-kata tegas, sang Sultan berkata, “Kamu seperti buaya, selalu merebah setelah makan.” Dalam kepercayaan zaman dulu, ucapan orang tua memiliki kekuatan magis yang dapat terwujud. Setelah mendengar kata-kata Sultan, Pangeran Angka Wijaya mengucapkan permohonan maaf kepada ayahnya dan meminta izin untuk pergi.
“Pak Sultan, saya tidak tahan lagi tinggal di istana Nimas Pakunwarti,” ucap sang pangeran. Tanpa ragu, dia melompat ke kolam keputren, tempat mandi para putri raja terdahulu. “Saat dia muncul ke permukaan air, dia telah berubah menjadi seekor buaya,” lanjut Juru Kunci Lawang Sanga, Suwari, ketika menjelaskan legenda buaya putih tersebut.
Legenda tentang buaya putih ini menjadi bagian dari cerita yang menyelubungi Situs Lawang Sanga. Dalam keberadaannya, situs ini tidak hanya menjadi tempat bersejarah, tetapi juga menyimpan cerita mistis yang membuatnya semakin menarik bagi masyarakat setempat.
Kisah Situs Lawang Sanga dan mitos buaya putih yang menghuninya menjadi warisan berharga yang mengajarkan kita pelajaran tentang kehidupan masa lalu. Situs bersejarah seperti ini dapat memperkaya pemahaman kita tentang warisan budaya dan sejarah, serta memberikan inspirasi kepada generasi mendatang.
Setelah peristiwa tersebut, pangeran yang telah berubah menjadi buaya kembali berbicara kepada Sultan. Dia mengungkapkan keinginannya untuk pindah ke Sungai Kriyan karena merasa panas dan tidak nyaman tinggal di kolam renang keputren. Sultan menyetujui permintaannya dengan beberapa syarat. Sultan memberikan izin asalkan pangeran buaya tersebut tidak mengganggu keluarga kesepuhan Cirebon. Jika buaya tersebut ingin makan, dia harus keluar dari Sungai Kriyan menuju laut dan dari Sungai Kriyan menuju Dukusemak.
Hingga kini, legenda buaya putih tersebut masih dipercaya oleh masyarakat sekitar. Kemunculannya terkadang terjadi, tetapi tidak mengganggu penduduk setempat sesuai dengan janjinya kepada sang ayah. Konon, buaya putih ini akan muncul saat ada pesta dan diawasi oleh ikan kakap yang dikenal sebagai kakap seprada serta rombongan ikan.
Tradisi khusus juga terbentuk ketika masyarakat sekitar melihat buaya putih, yaitu melempar tumpengan ke sungai. Raden Raharjo Djali, seorang Polmak Keraton Kasepuhan, juga turut menceritakan kisah tentang buaya putih tersebut. Menurutnya, buaya putih tersebut merupakan bagian dari legenda yang terus disampaikan dalam lingkungan keraton. Dia menyebutkan bahwa pangeran yang menjadi buaya putih memiliki kebiasaan makan sambil tiduran dan tengkurap. Sultan selalu menasihatinya agar tidak melakukannya, namun pangeran tersebut sering mengabaikan nasihat tersebut. Dia menjelaskan bahwa anak Sultan Syamsudin memiliki kebiasaan makan sambil tiduran dan tengkurap, yang selalu diingatkan oleh Sultan untuk tidak melakukannya. Namun, pangeran sering mengabaikan nasihat tersebut, sehingga Sultan mengucapkan kata-kata bahwa anaknya seperti buaya ketika makan tengkurap.
Boy, seorang penduduk Cirebon, juga mengaku sering mendengar tentang buaya putih yang muncul di Sungai Kriyan. Menurutnya, masyarakat setempat percaya bahwa buaya putih tersebut sesekali muncul, namun tidak mengganggu para penduduk seperti yang dijanjikan oleh buaya tersebut. Menurutnya, buaya putih tersebut tidak mengganggu penduduk setempat dan konon muncul dengan sendirinya setiap Jumat Kliwon di Lawang Sanga.
Berdasarkan catatan dalam naskah Negara Kertabumi, Situs Lawang Sanga diketahui telah berdiri sejak tahun 1677 Masehi, pada masa kepemimpinan Sultan Sepuh pertama, yaitu Syamsuddin Marta Wijaya. Informasi ini menunjukkan bahwa situs ini memiliki sejarah yang kaya dan telah berusia lebih dari tiga abad.
Dalam naskah tersebut, terungkap bahwa Situs Lawang Sanga memiliki nilai historis yang signifikan. Pendirian situs ini merupakan hasil dari upaya Sultan Sepuh untuk memperkokoh dan memperluas wilayah kekuasaan kerajaan pada masa itu. Dalam konteks ini, situs ini menjadi simbol penting dari kebesaran dan kejayaan kerajaan pada masa lalu.
Dengan adanya informasi ini, dapat dipahami bahwa Situs Lawang Sanga merupakan warisan berharga yang harus dijaga dan dilestarikan. Keberadaannya menjadi saksi bisu dari peradaban yang pernah ada, memberikan kita wawasan yang berharga tentang sejarah dan budaya masa lampau.
Sebagai situs bersejarah, Situs Lawang Sanga juga memiliki potensi sebagai tujuan wisata yang menarik. Wisatawan dapat mengunjungi tempat ini untuk menyelami keindahan arsitektur dan nilai historisnya, serta menikmati atmosfer yang kaya dengan nuansa masa lalu.
Dengan demikian, Situs Lawang Sanga memiliki nilai yang sangat berharga bagi pengunjung yang tertarik akan sejarah, budaya, dan keindahan arsitektur zaman dahulu. Keberadaannya sebagai situs bersejarah juga menjadi bagian penting dari warisan budaya Indonesia yang perlu dipelihara dan dipromosikan kepada generasi mendatang.
Situs ini memiliki sejarah yang kaya dan menjadi bagian penting dalam warisan budaya Keraton Kasepuhan. Situs ini berperan sebagai pintu masuk bagi perahu-perahu yang berlabuh dari berbagai penjuru Nusantara dan perdagangan mancanegara sebelum memasuki keraton Pakumuati. Semua awak perahu harus menunggu di kawasan Lawang Sanga sebelum diperkenankan masuk.
Situs Lawang Sanga terdiri dari sembilan pintu, dengan satu pintu berada di depan, empat pintu di samping, tiga pintu di belakang, dan satu pintu di tengah. Menurut penjelasan tersebut, jumlah pintu tersebut memiliki makna filosofis yang menggambarkan sembilan lubang di tubuh manusia, yaitu hidung, mulut, telinga, mata, dubur, dan kelamin. Angka sembilan dianggap sebagai angka yang sempurna, dan melalui simbolisasi pintu-pintu tersebut, Situs Lawang Sanga mengandung nilai-nilai filosofis tentang kehidupan.
Larangan Dan Aturan
Larangan dan Aturan di Keraton Kasepuhan adalah seperangkat peraturan yang mengatur tata tertib dan kehidupan di lingkungan keraton tersebut. Berikut adalah beberapa contoh larangan dan aturan yang mungkin berlaku:
- Larangan Menginjakkan Kaki di Tempat Suci: Di Keraton Kasepuhan, mungkin ada larangan bagi pengunjung atau anggota keraton untuk menginjakkan kaki di area yang dianggap suci, seperti ruangan atau tempat ibadah tertentu.
- Aturan Berpakaian: Pengunjung atau anggota keraton mungkin diharapkan untuk mematuhi aturan berpakaian yang sesuai dengan adat istiadat keraton, seperti mengenakan pakaian tradisional atau busana yang sopan dan menghormati.
- Larangan Mengambil atau Merusak Barang Keraton: Mungkin ada larangan keras terhadap pengambilan atau merusak barang-barang bersejarah atau berharga yang ada di dalam keraton, untuk menjaga kelestarian dan keaslian warisan budaya.
- Aturan Tertib dan Kehormatan: Di Keraton Kasepuhan, aturan tertib dan kehormatan mungkin ditegakkan dengan ketat. Hal ini dapat mencakup larangan untuk tidak berbicara dengan keras, tidak melakukan tindakan yang mengganggu ketertiban, serta memberikan penghormatan kepada anggota keraton yang lebih tinggi dalam hierarki.
- Aturan Penggunaan Ruangan: Mungkin ada aturan yang mengatur penggunaan ruangan-ruangan dalam keraton, seperti batasan waktu atau tujuan penggunaan tertentu, untuk memastikan keberlangsungan kegiatan keraton dan menjaga keamanan serta kebersihan ruangan.
- Larangan Fotografi atau Penggunaan Kamera: Dalam beberapa area keraton, mungkin ada larangan terhadap penggunaan kamera atau fotografi untuk menjaga privasi dan kekhususan acara atau kegiatan tertentu.
- Aturan Menghormati Sultan atau Anggota Keraton: Menghormati sultan atau anggota keraton adalah aturan penting. Ini mungkin mencakup tata cara atau etiket yang harus diikuti ketika bertemu atau berinteraksi dengan mereka.
- Larangan Melanggar Adat Istiadat: Mungkin ada larangan terhadap pelanggaran adat istiadat atau tradisi yang dianggap penting dalam Keraton Kasepuhan. Ini termasuk menghormati ritual atau upacara tertentu yang diadakan di keraton.
Perlu dicatat bahwa ini hanya contoh umum dan tidak semua larangan dan aturan yang berlaku dapat dijelaskan secara rinci. Aturan dan larangan di keraton tersebut sangat bergantung pada tradisi, adat istiadat, dan kebijakan yang ditetapkan oleh pihak keraton itu sendiri.
Aktivitas
Keraton Kasepuhan menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang sangat direkomendasikan bagi liburan keluarga di Cirebon, Jawa Barat. Jawa Barat memang memiliki berbagai pesona wisata yang luar biasa. Selain wisata alamnya yang memukau, terdapat juga banyak obyek wisata bersejarah dan budaya yang menakjubkan.
Kabupaten Cirebon adalah salah satu wilayah di Jawa Barat yang menawarkan keindahan dan daya tarik wisata yang menawan. Ada banyak tempat menarik yang bisa memanjakan perjalanan liburan Anda di Cirebon, Jawa Barat. Salah satu destinasi wisata budaya dan sejarah di Cirebon yang wajib dikunjungi adalah Keraton Kasepuhan.
Kesultanan Cirebon yang pernah terpecah menjadi dua pada tahun 1969 karena konflik internal, membuat lokasi Keraton Kasepuhan juga menjadi tempat wisata sejarah yang menarik. Keelokan bangunan klasik Keraton Kasepuhan akan memikat Anda selama kunjungan. Anda juga bisa menyaksikan berbagai koleksi barang bersejarah yang ada.
Keraton Kasepuhan Cirebon memainkan peran penting sebagai pusat pemerintahan Cirebon di masa lalu. Bangunan ini masih berdiri tegak dan eksis hingga saat ini, meskipun kita berada dalam era modern. Saat ini, keraton tersebut telah diubah menjadi tempat penyimpanan dan pameran barang-barang bersejarah yang berharga.
Ada dua kompleks bangunan. Dalem Agung Pakungwati, sebuah struktur yang didirikan pada tahun 1430, merupakan salah satu situs bersejarah yang signifikan. Dibangun oleh Pangeran Cakrabuana, struktur ini menunjukkan keberanian dan dedikasi dalam mendirikan tempat yang memiliki nilai budaya dan sejarah yang tinggi. Sedangkan yang kedua adalah kompleks Keraton Pakungwati, yang dibangun pada tahun 1529 oleh Pangeran Mas Zainul Arifin.
Menurut cerita, sebelum dinamai Kasepuhan Cirebon, keraton ini dikenal sebagai Keraton Pakungwati. Nama ini diberikan untuk menghormati Ratu Dewi Pakungwati, istri dari Sunan Gunung Jati. Sejarah Keraton Kasepuhan Cirebon merupakan latar belakang dari nama bangunan bersejarah ini.
Konsep arsitektur keraton ini mencerminkan gaya kuno dan klasik dengan dominasi warna putih. Temboknya masih terbuat dari batu bata yang menjadikannya kokoh dan berdiri tegak hingga saat ini. Di halaman depan, Anda akan menemukan taman yang ditumbuhi rumput hijau dan pohon-pohon rindang.
Lingkungan keraton masih terjaga dengan baik dan terlihat bersih serta teratur karena perawatan yang dilakukan secara konsisten. Di dalam keraton, terdapat bangunan utama yang mencakup singgasana raja. Selain itu, terdapat juga pendopo yang menjadi ciri khasnya, serta museum tempat barang-barang berharga disimpan dan dipamerkan kepada pengunjung.
Berkeliling Keraton
Salah satu aktivitas utama yang dapat Anda lakukan adalah berkeliling untuk melihat-lihat berbagai hal yang ada di dalamnya. Bangunan keraton ini memiliki konsep unik yang menggabungkan unsur agama dan budaya menjadi satu. Anda akan merasakan nuansa yang berasal dari gaya arsitektur agama Islam, Hindu, dan Buddha.
Selama berkeliling, Anda dapat menyaksikan bangunan-bangunan dengan gaya adat yang masih mengikuti prinsip agama yang dianut di dalamnya. Di sekitar museum, terdapat sebuah sungai kecil yang dilintasi oleh sebuah jembatan. Anda dapat mengunjungi sungai ini yang melambangkan kerendahan hati dan kedamaian.
Jembatan tersebut menghubungkan Anda ke bagian depan keraton, di mana terdapat sebuah taman kecil yang dihiasi dengan bunga-bunga berwarna-warni. Keunikan dan keindahan Keraton Kasepuhan Cirebon tak ada habisnya untuk dijelaskan dalam satu waktu. Jadi, bagi Anda yang penasaran, segeralah menuju lokasi obyek wisata ini untuk dapat menikmati pengalaman tersebut secara langsung.
Mengunjungi Bangsal Keraton Kasepuhan
Kunjungan ke Bangsal Keraton Kasepuhan merupakan pengalaman yang menarik bagi para wisatawan. Di bangsal tersebut, Anda akan melihat berbagai ornamen yang memukau dengan ukiran-ukiran yang indah. Ornamen-ornamen tersebut memiliki warna hijau yang khas dan dihiasi dengan lampu kristal di tengahnya, menciptakan suasana yang memikat.
Selain itu, Anda juga akan melihat keramik-keramik Belanda dan China yang melekat pada dinding-dinding ruangan. Keberadaan keramik-keramik ini menambahkan nuansa sejarah yang kaya. Dalam desain dan arsitektur bangunannya, terlihat pengaruh dari China, Islam, dan juga Belanda, menjadikan Keraton Kasepuhan sebagai bangunan peninggalan yang unik dengan perpaduan budaya yang kaya.
Dengan mengunjungi Bangsal Keraton Kasepuhan, Anda akan dapat merasakan keajaiban seni ukir tradisional, keindahan ornamen, dan kekayaan sejarah yang terkandung di dalamnya. Nikmati pengalaman yang memikat dan temukan pesona bangunan peninggalan yang memiliki pengaruh dari berbagai budaya tersebut.
Melihat kereta Kesultanan Cirebon
Ketika Anda berada di Keraton Kasepuhan, jangan lupa melihat koleksi yang menarik di seberang Museum Benda Kuno, yaitu Kereta Singa Barong. Kereta ini adalah salah satu koleksi yang sangat berharga dan tak boleh dilewatkan.
Kereta Singa Barong telah digunakan sejak abad ke-15 dan terakhir kali digunakan pada tahun 1950. Kereta ini memiliki filosofi yang menggambarkan persahabatan antara Kesultanan Cirebon dengan negara-negara seperti China, India, dan Timur Tengah. Desain dan dekorasi kereta ini mencerminkan pengaruh budaya dari berbagai negara tersebut.
Dengan melihat Kereta Singa Barong, Anda dapat mengagumi keindahan dan keunikannya yang menggambarkan hubungan antara Kesultanan Cirebon dengan negara-negara lain pada masa lampau. Kereta ini merupakan bagian penting dari warisan budaya dan sejarah Kesultanan Cirebon, dan melihatnya akan memberikan Anda pemahaman yang lebih mendalam tentang hubungan internasional dan kekayaan budaya yang dimiliki oleh kerajaan pada zaman itu.
Pastikan untuk meluangkan waktu Anda untuk melihat Kereta Singa Barong ketika mengunjungi Keraton Kasepuhan, karena koleksi ini merupakan salah satu daya tarik yang menakjubkan dan mempesona di tempat tersebut.
Mencuci muka di Sumur Agung
Salah satu tempat yang sering dikunjungi oleh para pengunjung di Keraton Kasepuhan adalah Sumur Agung. Sumur ini memiliki daya tarik tersendiri karena memiliki nilai sejarah dan kepercayaan yang kuat.
Banyak pengunjung yang datang ke Sumur Agung dengan tujuan berwisata, namun ada juga yang sengaja datang untuk mengambil air dari dalam sumur. Air dari Sumur Agung dahulu digunakan oleh para wali untuk mandi dan berwudhu, sehingga memiliki makna yang sakral dan suci.
Selain itu, dalam tradisi keraton, Sumur Agung digunakan untuk melakukan siraman tujuh bulan, midodareni, dan berbagai upacara dan ritual lainnya. Sumur ini menjadi tempat yang penting dalam menjalankan tradisi dan kegiatan keagamaan.
Mencuci muka di Sumur Agung juga diyakini memiliki nilai spiritual yang memberikan kesucian dan keberkahan. Banyak orang yang percaya bahwa air dari sumur ini memiliki kekuatan magis dan dapat memberikan berbagai manfaat bagi mereka yang menggunakannya.
Jika Anda berkunjung ke Keraton Kasepuhan, jangan lewatkan kesempatan untuk melihat dan merasakan keunikan Sumur Agung ini. Anda dapat menyaksikan sendiri betapa pentingnya sumur ini dalam kehidupan sehari-hari di keraton dan merasakan suasana yang kaya dengan nilai sejarah dan spiritual.
Namun, perlu diingat untuk menghormati tempat ini dengan menjaga kebersihan dan tidak merusak atau mencemarkan sumur. Sumur Agung adalah warisan berharga yang harus dilestarikan dan dihormati sebagai bagian dari warisan budaya Keraton Kasepuhan Cirebon.
Melihat Koleksi Museum
Tak hanya bangunan Keraton yang unik, Keraton Kasepuhan juga menyimpan banyak koleksi barang dan benda bersejarah yang menarik. Di dalamnya terdapat pusaka-pusaka peninggalan dari zaman dulu yang tetap terawat dengan baik. Banyak koleksi bersejarah di Keraton Kasepuhan yang mencakup periode mulai dari akhir Kerajaan Pajajaran hingga pemerintahan Sunan Gunung Jati, serta peninggalan dari Sultan Sepuh I hingga XIV.
Salah satu koleksi yang terkenal adalah kereta kencana yang dikenal dengan nama Singa Barong. Kereta ini adalah kendaraan yang digunakan oleh Sunan Gunung Jati dan menggabungkan unsur kebudayaan dan agama dari Indonesia, India, dan Tiongkok. Selain itu, masih banyak benda-benda bersejarah lainnya yang dapat Anda saksikan saat mengunjungi museum tersebut.
Museum merupakan tempat yang tepat untuk melihat dan mempelajari warisan sejarah yang berharga. Dengan mengamati koleksi-koleksi tersebut, Anda dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang masa lalu dan kekayaan budaya Cirebon.
Melihat peninggalan benda-benda kuno
Ketika Anda mengunjungi Keraton Kasepuhan, jangan lewatkan kesempatan untuk melihat peninggalan benda-benda kuno yang memikat. Di dalam Museum Benda Kuno, yang berada di seberang Museum Kereta Singa Barong, Anda akan menemukan berbagai peninggalan kesultanan yang memiliki nilai sejarah.
Beberapa contoh peninggalan tersebut termasuk tempat abu rokok Sultan Sepuh XI, meriam dari Portugis, peti dari China, peti jamu, gelas-gelas dari zaman VOC, dan berbagai benda kuno lainnya. Melalui peninggalan-peninggalan ini, Anda dapat melihat jejak-jejak masa lalu yang tertuang dalam objek-objek yang dipamerkan.
Museum Benda Kuno menawarkan kesempatan untuk memahami lebih dalam tentang sejarah dan kekayaan budaya yang dimiliki oleh kesultanan. Dengan melihat benda-benda kuno ini, Anda akan merasakan nuansa masa lalu yang memukau dan menghargai warisan berharga dari zaman yang telah berlalu.
Jadikan kunjungan Anda ke Museum Benda Kuno sebagai momen untuk mengenal lebih dekat dengan benda-benda kuno yang memiliki nilai sejarah dan kebudayaan yang tak ternilai.
Spot Foto
Bagi para pecinta fotografi, Kawasan Keraton Kasepuhan Cirebon adalah tempat yang sempurna untuk berburu foto-foto yang menakjubkan. Setiap sudut keraton ini menawarkan spot-spot foto yang unik, sehingga pasti akan menjadi latar yang sempurna bagi kamera Anda. Pastikan untuk membawa kamera dan peralatan fotografi lengkap saat mengunjungi tempat ini.
Anda akan menemukan banyak tempat bersejarah yang layak untuk difoto di Kawasan Keraton Kasepuhan Cirebon. Apabila Anda menyukai selfie, jangan ragu untuk mengambil foto selfie dengan latar belakang bangunan bersejarah di Kota Cirebon ini. Anda juga dapat menggunakan filter untuk memberikan sentuhan khusus pada hasil bidikan Anda, agar terlihat lebih menarik dan indah.
Salah satu objek yang menarik untuk difoto adalah kereta kencana Singa Barong. Kereta ini dibuat pada tahun 1549 oleh Panembahan Losari dan telah digunakan oleh para sultan Cirebon. Anda dapat mengabadikan keindahan kereta kencana ini dalam foto Anda, namun diingatkan bahwa tidak diperbolehkan untuk naik ke kereta tersebut. Desain kereta kencana ini merupakan perpaduan budaya Islam, Hindu, dan Tionghoa, yang menjadikannya sangat menarik untuk diabadikan.
Keraton Kasepuhan Cirebon adalah surga bagi pecinta fotografi. Ada banyak sudut menarik yang bisa Anda manfaatkan untuk mendapatkan foto yang instagenic. Anda dapat berpose dengan latar belakang pemandangan alam yang indah atau memanfaatkan keindahan bangunan keraton yang artistik.
Coba eksplorasi halaman keraton dengan taman-tamannya yang hijau dan bunga-bunganya yang berwarna-warni. Temukan jembatan kecil yang menghubungkan bagian depan keraton dan abadikan momen di atasnya. Jangan lupa menjelajahi bagian dalam keraton yang penuh dengan koleksi barang bersejarah yang menarik untuk difoto.
Selain itu, Anda juga bisa mengabadikan momen di depan masjid keraton yang memiliki arsitektur yang megah dan indah. Jangan lewatkan kesempatan untuk berfoto di spot-spot foto klasik yang anti mainstream di sekitar keraton.
Dengan menggabungkan keindahan alam, keunikan arsitektur, dan nilai sejarah yang dimiliki oleh Keraton Kasepuhan Cirebon, Anda akan mendapatkan foto-foto yang menarik dan bisa menjadi kenangan indah dari liburan Anda.
Keunikan Daya Tarik
Kesultanan Cirebon memiliki sejarah yang kaya sebagai salah satu kerajaan berbasis Islam yang terkenal di Jawa Barat. Salah satu tokoh terkenal dari kesultanan ini adalah Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.
Hingga saat ini, beberapa peninggalan Kesultanan Cirebon masih tegak berdiri dan banyak dijadikan tujuan wisata sejarah dan religi. Salah satu yang paling menonjol adalah Keraton Kasepuhan, yang dahulu menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Cirebon.
Bagi Anda yang ingin berwisata sambil memperluas pengetahuan tentang sejarah, Keraton Kasepuhan merupakan pilihan tempat yang menarik untuk dikunjungi.
Ketika mengunjungi tempat ini, Anda akan dapat melihat dan merasakan sendiri kemegahan peninggalan Kesultanan Cirebon dari masa lalu. Dengan menjelajahi keraton ini, Anda dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang budaya, arsitektur, dan kehidupan di dalam kerajaan tersebut.
Arsitektur Ala Kerajaan
Di Keraton Kasepuhan, selain menikmati keindahan bangunan dengan arsitektur kerajaan dari masa lalu, pengunjung juga berkesempatan untuk melihat benda-benda bersejarah yang pernah digunakan oleh Kesultanan Cirebon.
Tata letak menghadap ke arah utara. Di depan keraton, terdapat alun-alun yang pada masa lalu dikenal sebagai alun-alun Sangkala Buana. Alun-alun ini digunakan sebagai tempat latihan keprajuritan dan merupakan pusat tata letak kompleks pemerintahan keraton.
Di sebelah barat terdapat Masjid Agung Sang Cipta Rasa, sebuah masjid yang megah dan merupakan hasil karya para wali. Masjid ini memiliki posisi yang strategis di sebelah barat keraton.
Di sebelah timur alun-alun, terdapat pasar yang dikenal sebagai Pasar Kesepuhan. Dahulu, pasar ini merupakan pusat perekonomian yang terkenal dengan poci-pocinya.
Model tata letak yang menghadap utara dengan masjid di sebelah barat dan pasar di sebelah timur adalah model yang umum ditemukan pada keraton-keraton di daerah pesisir. Model ini juga diikuti oleh banyak kabupaten/kota di Jawa, di mana gedung pemerintahan biasanya menghadap alun-alun dengan masjid berada di sebelah baratnya.
Tata letak dan arsitektur menggambarkan kebijaksanaan dalam memadukan fungsi pemerintahan, agama, dan perekonomian dalam satu kompleks yang terintegrasi. Hal ini memberikan nilai sejarah dan kebudayaan yang kaya bagi keraton ini dan menunjukkan pengaruh Islam dalam struktur dan tata letak kerajaan.
Gerbang depan keraton
Keraton Kasepuhan memiliki dua pintu gerbang. Pintu gerbang utama terletak di sebelah utara, disebut Kreteg Pangrawit yang berarti “jembatan baik” dalam bahasa Indonesia. Pintu gerbang ini berbentuk jembatan. Sementara itu, pintu gerbang kedua terletak di sebelah selatan kompleks dan disebut Lawang Sanga yang artinya “pintu sembilan”. Setelah melewati Kreteg Pangrawit, pengunjung akan tiba di bagian depan Keraton Kasepuhan. Di bagian ini, terdapat dua bangunan yang menarik perhatian, yaitu Pancaratna dan Pancaniti.
Pancaratna, sebuah bangunan di bagian depan kompleks Keraton Kasepuhan, terletak di sisi kiri dengan orientasi barat. Bangunan ini memiliki bentuk persegi panjang dengan ukuran 8 × 8 meter. Lantai Pancaratna terbuat dari bahan tegel, yang merupakan jenis lantai yang terbuat dari keramik atau batu dengan permukaan yang keras dan tahan lama. Konstruksi atap bangunan ini didukung oleh empat sokoguru yang terletak di atas lantai yang lebih tinggi. Sokoguru adalah balok atau kolom pendukung yang berfungsi untuk menopang beban atap dan mendistribusikannya secara merata.
Selain itu, terdapat juga 12 tiang pendukung yang terletak di permukaan lantai yang lebih rendah. Tiang-tiang ini berfungsi sebagai penyangga struktur bangunan dan membantu menjaga kestabilan atap. Dengan adanya sokoguru dan tiang pendukung, konstruksi atap Pancaratna menjadi kokoh dan dapat menahan beban dengan baik. Konstruksi bangunan yang kuat dan kokoh ini merupakan salah satu ciri khas arsitektur tradisional Keraton Kasepuhan. Melalui perpaduan bahan dan struktur ini, bangunan Pancaratna dapat berdiri dengan tegak dan mempertahankan keindahannya selama bertahun-tahun. Atapnya terbuat dari genteng dan memiliki mamolo di puncaknya.
Fungsi utama dari Pancaratna adalah untuk tempat “seba” atau sebagai tempat bertemu dengan para pembesar desa yang diterima oleh Demang atau Wedana. Seba adalah istilah yang digunakan untuk pertemuan atau audiensi dengan pejabat tinggi. Di dalam Pancaratna, pembesar desa dapat menghadap dan berbicara langsung dengan Demang atau Wedana untuk menyampaikan berbagai hal terkait dengan urusan pemerintahan dan kebijakan.
Sebagai tempat seba, Pancaratna memiliki peran penting dalam menjalin komunikasi antara pemerintah keraton dengan pembesar desa. Tempat ini menjadi tempat yang terhormat dan bersejarah, di mana keputusan dan pertemuan penting dapat dilakukan. Bangunan Pancaratna yang megah dan berarsitektur khas juga memberikan kesan kemuliaan dan keberadaan kekuasaan bagi para pengunjung yang hadir.
Dengan fungsinya sebagai tempat seba, Pancaratna memainkan peran penting dalam sistem pemerintahan dan administrasi Keraton Kasepuhan. Bangunan ini tidak hanya menjadi bagian dari sejarah dan kebudayaan Cirebon, tetapi juga merupakan saksi bisu dari pertemuan-pertemuan penting yang pernah terjadi di dalamnya. Bangunan ini digunakan untuk menyelenggarakan pertemuan dan interaksi antara keraton dengan para pemimpin desa atau wilayah sekitar. Seluruh bangunan ini dikelilingi oleh pagar terali besi yang melengkapi penampilannya secara keseluruhan.
Pancaratna merupakan salah satu bagian penting dalam kompleks Keraton Kasepuhan, dengan arsitektur yang khas dan memiliki peranan sejarah dalam hubungan antara keraton dan pemerintahan setempat. Bangunan ini juga menjadi saksi bisu dari kejayaan dan kehidupan kerajaan pada masa lalu.
Pancaniti, yang berarti “jalan atasan”, adalah sebuah pendopo yang terletak di sebelah timur kompleks Keraton Kasepuhan. Bangunan ini memiliki beberapa fungsi utama dalam konteks keraton. Pertama, Pancaniti digunakan sebagai tempat para perwira keraton melatih para prajurit ketika diadakan latihan keprajuritan di alun-alun. Di sini, para prajurit dapat belajar dan mempertajam keterampilan mereka dalam seni bela diri dan strategi militer.
Selain itu, Pancaniti juga berfungsi sebagai tempat pengadilan. Di ruangan ini, proses pengadilan dan penyelesaian sengketa dapat dilakukan oleh pihak keraton. Keputusan dan hukuman dapat dijatuhkan sesuai dengan hukum adat dan aturan yang berlaku di kesultanan.
Bangunan Pancaniti memiliki ukuran 8 × 8 meter dengan lantai berbahan tegel. Bangunan ini terbuka tanpa dinding, menciptakan ruang yang luas dan terbuka. Atapnya didukung oleh 16 tiang yang mempertahankan struktur bangunan dan menopang atap berbahan sirap. Pagar terali besi melengkapi bangunan ini, memberikan batasan fisik yang jelas bagi ruang Pancaniti.
Dengan arsitektur dan fungsi-fungsi yang dimilikinya, Pancaniti menjadi salah satu bangunan bersejarah yang penting dalam kompleks Keraton Kasepuhan. Bangunan ini tidak hanya mencerminkan keindahan arsitektur tradisional Jawa, tetapi juga memiliki peranan penting dalam kegiatan militer, hukum, dan tata pemerintahan di keraton pada masa lalu.
Area Siti Inggil
Bangunan Siti Inggil atau lemah duwur adalah sebuah struktur yang terletak di sebelah kiri jalan kompleks Keraton Kasepuhan. Bangunan ini memiliki ciri khas yang cukup menonjol, yaitu tinggi dan dikelilingi oleh tembok bata yang kokoh. Siti Inggil juga sering dianggap mirip dengan kompleks candi pada zaman Majapahit.
Bangunan ini didirikan pada tahun 1529, pada masa pemerintahan Syekh Syarif Hidayatullah atau yang lebih dikenal sebagai Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah Kesultanan Cirebon dan pernah memimpin kesultanan ini. Siti Inggil menjadi salah satu peninggalan bersejarah yang mengingatkan akan masa kejayaan dan kekuasaan Kesultanan Cirebon pada masa lalu.
Dengan arsitektur yang khas dan umurnya yang telah berabad-abad, Siti Inggil menjadi salah satu daya tarik utama dalam kompleks Keraton Kasepuhan. Bangunan ini mencerminkan keindahan dan keagungan arsitektur zaman dahulu, sambil memberikan wawasan tentang sejarah dan budaya Kesultanan Cirebon. Saat mengunjungi Keraton Kasepuhan, Siti Inggil akan memberikan pengalaman yang menarik bagi para pengunjung yang tertarik dengan sejarah dan kebudayaan Jawa Barat.
Di pelataran depan Siti Inggil, terdapat sebuah meja batu berbentuk segi empat yang dirancang sebagai tempat bersantai. Bangunan ini merupakan tambahan yang dibuat pada abad ke-19. Selain itu, Siti Inggil juga memiliki dua gapura dengan motif bentar yang mengadopsi gaya arsitektur zaman Majapahit.
Gapura pertama yang terletak di sebelah utara disebut Gapura Adi. Gapura ini memiliki ukuran 3,70 × 1,30 × 5 meter. Sementara itu, gapura kedua yang berada di sebelah selatan disebut Gapura Banteng. Gapura Banteng memiliki ukuran yang lebih besar, yaitu 4,50 × 9 meter. Pada sisi timur Gapura Banteng terdapat hiasan berbentuk banteng. Di bagian bawah Gapura Banteng ini terdapat Candra Sakala dengan tulisan “Kuta Bata Tinata Banteng”, yang jika diterjemahkan berarti tahun 1451.
Seluruh elemen ini menambah keindahan dan keunikan Siti Inggil, serta memberikan nuansa yang kental dengan sejarah dan budaya zaman Majapahit. Pengunjung dapat menikmati keindahan arsitektur, hiasan, dan detail-detail yang terdapat pada bangunan ini, sambil merasakan suasana yang menggambarkan kemegahan masa lalu.
tahun Saka 1451 setara dengan tahun 1529 Masehi. Hal ini menunjukkan sejarah pembangunan Siti Inggil pada masa pemerintahan Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).
Menariknya, kompleks Siti Inggil memiliki ciri khas yang membedakan tembok bagian utara dan selatan. Tembok bagian utara masih asli, sementara tembok bagian selatan telah mengalami pemugaran atau renovasi. Hal ini menunjukkan perawatan dan pemeliharaan yang dilakukan terhadap kompleks ini untuk mempertahankan keasliannya.
Keberadaan dinding piring-piring dan porselen yang berasal dari Eropa dan negeri Cina di dinding tembok kompleks Siti Inggil menunjukkan adanya pengaruh budaya dan perdagangan dari kedua wilayah tersebut. Pada masa lalu, perdagangan antara Kesultanan Cirebon dengan bangsa-bangsa Eropa dan Cina menjadi salah satu faktor penting dalam pertukaran budaya dan komoditas.. Benda-benda tersebut memiliki tahun pembuatan pada tahun 1745 Masehi. Keberadaan piring-piring dan porselen tersebut memberikan nilai tambah pada kompleks Siti Inggil, menunjukkan adanya hubungan dagang dan pertukaran budaya antara Kesultanan Cirebon dengan bangsa-bangsa Eropa dan Cina pada masa lalu.
Hal ini menjadi bukti penting yang mengungkapkan keterlibatan Kesultanan Cirebon dalam jaringan perdagangan dan hubungan diplomatik internasional pada masa tersebut. Piring-piring dan porselen tersebut juga menjadi saksi bisu dari hubungan budaya yang berkembang pada masa lalu, mencerminkan kekayaan dan keindahan seni serta kerajinan yang ada di kompleks Siti Inggil.
Setiap bangunan di Keraton Kasepuhan memiliki nama dan fungsi yang unik. Sebagai contoh, di bagian depan keraton terdapat beberapa bangunan yang menarik untuk dikunjungi, antara lain:
Mande Semar Tinandu
Berdasarkan papan informasi yang terdapat di Mande Semar Tinandu, bangunan ini terdiri dari dua tiang yang memiliki makna dua kalimat syahadat dalam agama Islam. Bangunan ini memiliki sejarah penting dalam Kesultanan Cirebon, di mana dahulunya digunakan sebagai tempat duduk penghulu keraton dan kepala kaum Masjid Sang Cipta Rasa.
Sebagai tempat duduk penghulu keraton, Mande Semar Tinandu merupakan simbol kekuasaan dan kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan di dalam keraton. Sementara itu, kepala kaum Masjid Sang Cipta Rasa adalah tokoh agama yang memiliki peran sentral dalam menyebarkan ajaran Islam dan mengawasi kegiatan keagamaan di lingkungan keraton.
Dengan demikian, Mande Semar Tinandu menjadi bagian yang penting dalam struktur pemerintahan dan kehidupan spiritual Kesultanan Cirebon. Pengunjung dapat menghargai nilai sejarah dan makna simbolik dari bangunan ini saat mengunjungi Keraton Kasepuhan Cirebon.
Mande Malang Semirang
Mande Malang Semirang adalah bangunan lain yang dapat ditemukan di Keraton Kasepuhan Cirebon. Bangunan ini memiliki enam tiang di bagian tengahnya yang melambangkan rukun iman dalam agama Islam, yaitu enam pokok ajaran dalam Islam. Selain itu, jumlah keseluruhan tiang pada bangunan ini berjumlah 20, yang melambangkan sifat-sifat Allah SWT dalam ajaran Islam.
Di masa lalu, Mande Malang Semirang memiliki fungsi penting dalam upacara-upacara keraton. Bangunan ini digunakan sebagai tempat duduk bagi Sultan dan keluarganya saat menghadiri upacara-upacara istana, latihan perang, serta pelaksanaan pengadilan di alun-alun Sangkalabuana.
Mande Malang Semirang merupakan salah satu bangunan yang memperlihatkan keagungan dan kebesaran Kesultanan Cirebon. Dengan melihatnya, pengunjung dapat merasakan atmosfer sejarah dan merenungkan nilai-nilai agama yang terkandung dalam bangunan tersebut.
Mande Karesman
Mande Karesman adalah salah satu bangunan yang terdapat di Keraton Kasepuhan Cirebon. Di masa lalu, bangunan ini memiliki fungsi sebagai tempat untuk perangkat kesenian gamelan dan juga digunakan untuk tradisi tahunan yang dikenal sebagai “sekapur sirih” atau menabuh gamelan sekaten.
Tradisi menabuh gamelan sekaten dilaksanakan setiap tahun pada perayaan Idul Fitri tanggal 1 Syawal dan Idul Adha tanggal 10 Dzulhijjah dalam kalender Islam. Gamelan dipukul secara serentak sebagai bagian dari perayaan tersebut, mengiringi upacara dan persembahan.
Mande Karesman menjadi saksi penting dari tradisi dan kegiatan kesenian yang berlangsung. Bangunan ini memainkan peran penting dalam memelihara dan melestarikan kesenian gamelan serta menjaga tradisi sekapur sirih sebagai bagian dari warisan budaya Kesultanan Cirebon.
Mande Pengiring
Mande Pengiring adalah salah satu bangunan yang terletak di dalam kompleks Siti Inggil. Bangunan ini tidak memiliki dinding dan berfungsi sebagai tempat para pengiring Sultan berkumpul dan melakukan tugas mereka. Para pengiring tersebut mendampingi dan mengiringi Sultan dalam berbagai acara resmi dan upacara di keraton. Mande Pengiring memiliki bentuk teras dengan kolom-kolom yang mendukung atap, memberikan tempat bagi para pengiring untuk berkumpul, beristirahat, dan menunggu tugas mereka. Dari sini, mereka dapat melihat dan memantau jalannya acara serta memberikan dukungan kepada Sultan dalam pelaksanaan tugasnya.
Mande Pandawa Lima
Mande Pandawa Lima merupakan salah satu bangunan yang terdapat di Keraton Kasepuhan Cirebon. Bangunan ini memiliki lima tiang yang melambangkan rukun Islam, yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji.
Di masa lalu, Mande Pandawa Lima berfungsi sebagai tempat bagi pejabat pengawal Sultan. Para pejabat pengawal ini bertanggung jawab dalam menjaga keamanan dan kelancaran pemerintahan. Mereka memiliki tugas penting dalam menjaga keamanan sultan dan menjalankan tugas-tugas administratif serta keamanan di dalam keraton.
Bangunan Mande Pandawa Lima menjadi bagian dari kompleks keraton yang mencerminkan struktur dan fungsi sosial dalam kesultanan. Melalui bangunan ini, dapat terlihat pentingnya peran pejabat pengawal dalam menjaga keamanan dan ketertiban di dalam lingkungan keraton.
Selain bangunan-bangunan tanpa dinding, terdapat juga beberapa elemen lain di dalam kompleks Siti Inggil yang memiliki makna dan fungsi tersendiri. Salah satunya adalah Lingga Yoni, sebuah tugu batu yang berasal dari budaya Hindu. Lingga Yoni merupakan lambang dari kesuburan, dengan “Lingga” melambangkan laki-laki dan “Yoni” melambangkan perempuan. Tugu ini menjadi simbol penting dalam kepercayaan dan budaya Hindu.
Selanjutnya, terdapat bangunan Pengada yang terletak tepat di depan gerbang Pengada. Bangunan ini memiliki ukuran 17 × 9,5 meter dan memiliki beberapa fungsi. Salah satunya adalah sebagai tempat membagikan berkat kepada orang-orang dan juga sebagai tempat pemeriksaan sebelum menghadap raja. Di sinilah dilakukan persiapan dan pengecekan sebelum seseorang dapat menghadap Sultan.
Selain itu, di atas tembok sekeliling kompleks Siti Inggil terdapat Candi Laras. Candi Laras berfungsi sebagai penyelaras dari kompleks Siti Inggil, memberikan keseimbangan dan harmoni bagi seluruh kompleks keraton. Candi ini memiliki peran penting dalam menjaga kesakralan dan keindahan area Keraton Kasepuhan.
Semua elemen ini menggambarkan kekayaan budaya dan sejarah yang terkandung dalam kompleks Siti Inggil, mencerminkan pengaruh dan keberagaman budaya yang pernah ada di wilayah Cirebon.
Area Langgar Agung
Di antara Siti Inggil dan halaman Langgar Agung, terdapat tembok bata yang membatasi keduanya. Di tembok bata bagian utara terdapat dua gerbang, yakni Regol Pengada dan Gapura Lonceng. Regol Pengada adalah pintu masuk ke halaman selanjutnya dengan panjang dasar 5 × 6,5 meter. Gerbang paduraksa ini menggunakan batu dan pintu kayu. Sedangkan Gapura Lonceng terletak di sebelah timur Gerbang Pengada dengan panjang dasar 3,10 × 5 × 3 meter. Gerbang ini berbentuk kori agung dengan bahan bata.
Halaman Langgar Agung terpisah menjadi dua bagian, yaitu halaman Pengada dan halaman Langgar Agung, yang dibatasi oleh tembok rendah. Halaman Pengada memiliki ukuran 37 × 37 meter dan digunakan untuk parkir kendaraan atau menambatkan kuda. Dahulu, ada sebuah sumur di halaman ini untuk memberi minum kepada kuda.
Halaman Langgar Agung mempunyai ukuran 37 × 17 meter dan di yang ada dalamnya terdapat bangunan Langgar Agung yang menghadap ke arah timur. Bangunan utama Langgar Agung berukuran 6 × 6 meter dengan teras seluas 8 × 2,5 meter. Separuh terasnya berdinding kayu setengah tinggi dari lantai, sementara separuh lainnya dilengkapi dengan terali kayu.
Dinding bangunan utama terbuat dari tembok, dan di dalamnya terdapat mihrab melengkung berukuran 5 × 3 × 3 meter. Di mihrab tersebut terdapat mimbar kayu berukuran 0,90 × 0,70 × 2 meter. Atap Langgar Agung terdiri dari dua lapis dengan sirap sebagai penutupnya. Konstruksi atap ditopang oleh empat tiang utama. Langgar Agung berfungsi sebagai tempat ibadah bagi kerabat keraton. Bangunan ini juga dilengkapi dengan Pos atau tempat bedug Samogiri.
Pos bedug Samogiri terletak di depan Langgar Agung dan menghadap ke timur. Bangunan ini berbentuk bujursangkar dengan ukuran 4 × 4 meter, dan di dalamnya terdapat bedug. Pos bedug ini tidak memiliki dinding dan atapnya berbentuk limas. Atapnya didukung oleh empat tiang utama dan lima tiang pendukung.
Area utama
Area utama Keraton Kasepuhan terdiri dari bangunan induk Keraton Kasepuhan dan bangunan penunjang lainnya. Antara area utama Keraton dan area Langgar Agung, terdapat tembok dengan gerbang berukuran 4 × 6,5 × 4 m. Gerbang ini dilengkapi dengan dua daun pintu yang terbuat dari kayu. Ketika pintu tersebut dibuka dan ditutup, menghasilkan suara yang mengguntur, sehingga disebut sebagai pintu gledegan. Di dalam area utama Keraton ini, terdapat beberapa bangunan penting, antara lain:
Taman Dewandaru
Taman Dewandaru, dengan luas sekitar 20 m², juga dikenal sebagai taman Bunderan Dewandaru karena memiliki bentuk yang melingkar. Filosofi di balik taman ini adalah kesatuan dan kelengkapan, yang ditunjukkan oleh bentuknya yang bulat melingkar tanpa putus.
Dewandaru, yang berasal dari bahasa Cirebon, memiliki arti sebagai Pinus Dewadaru dalam bahasa Indonesia. Pohon Dewadaru adalah sebuah simbol yang terkait dengan kisah Rahwana yang menculik dewi Shinta dan bersembunyi di dalam hutan yang gelap dan rimbun, di mana tumbuh pohon-pohon Lodra, Padmaka, dan Dewadaru. Dalam tradisi Hindu, hutan yang dipenuhi pohon Dewadaru sering dijadikan tempat para petapa untuk memohon berkah dan kedamaian dari Siwa. Pohon ini menjadi sebuah ikon yang melambangkan kekuatan dan misteri alam, serta mengingatkan kita akan perjalanan spiritual dalam mencari jalan terang dan keberkahan yang diberikan oleh Tuhan.
Namun, dalam perspektif Cirebon, Taman Dewandaru yang berbentuk lingkaran memiliki makna sebagai pengingat agar manusia selalu mencari mereka yang masih berada dalam kegelapan dan membimbing mereka keluar menuju jalan yang terang yang diberkahi oleh Allah SWT. Di dalam taman ini, terdapat pohon Soko sebagai simbol kegembiraan, dua patung macan putih sebagai lambang keluarga besar Pajajaran, sebuah meja, dua bangku, serta sepasang meriam yang dikenal sebagai meriam Ki Santomo dan Nyi Santoni.
Museum Benda Kuno
Museum Benda Kuno, yang memiliki bentuk mirip huruf “E”, terletak di sebelah barat Taman Dewandaru. Bangunan ini memiliki fungsi utama sebagai tempat penyimpanan benda-benda kuno yang terkait dengan sejarah kesultanan Kasepuhan. Museum ini menjadi tempat yang penting untuk menjaga dan memamerkan warisan budaya yang berharga bagi masyarakat, sehingga memungkinkan pengunjung untuk mempelajari dan menghargai warisan sejarah yang dimiliki oleh kesultanan tersebut.
Museum Kereta
Museum Kereta, dengan ukuran 13,5 × 11 meter, terletak di sebelah timur Taman Dewandaru. Bangunan ini memiliki fungsi utama sebagai tempat penyimpanan kereta kencana yang merupakan bagian penting dari warisan kesultanan Kasepuhan. Museum ini menjadi tempat yang berharga untuk menjaga dan memamerkan kereta kencana yang memiliki nilai sejarah dan kebudayaan yang tinggi. Pengunjung dapat melihat secara dekat dan mengagumi keindahan serta detail kereta kencana yang menjadi simbol kemegahan dan kejayaan kesultanan Kasepuhan.
Tugu Manunggal
Tugu Manunggal merupakan sebuah batu berukuran pendek dengan tinggi sekitar 50 cm. Batu ini dikelilingi oleh pot bunga yang melambangkan kesatuan Allah SWT yang Maha Esa. Tugu ini memiliki makna yang mendalam, menggambarkan keyakinan akan keesaan Tuhan yang ada di dalam hati setiap individu. Melalui simbolisasi pot bunga yang mengelilingi batu, Tugu Manunggal mengajak kita untuk senantiasa menghormati dan menghayati kebesaran Tuhan yang satu. Tugu ini menjadi simbol kebersamaan dan persatuan dalam kepercayaan yang lebih tinggi.
Lunjuk
Lunjuk adalah sebuah bangunan yang berukuran 10 × 7 meter dan terletak di sebelah Tugu Manunggal. Fungsinya adalah sebagai tempat pelayanan bagi tamu yang ingin mencatat dan melaporkan urusannya sebelum menghadap raja. Lunjuk berperan penting dalam mengatur dan memfasilitasi pertemuan antara tamu dengan pihak kerajaan. Di dalam Lunjuk, tamu akan didampingi dan dibantu dalam mencatat dan menyampaikan maksud serta keperluannya kepada pihak yang berwenang. Bangunan ini dirancang sedemikian rupa untuk memberikan kenyamanan dan kerahasiaan bagi tamu yang datang. Lunjuk merupakan bagian integral dari proses administratif dalam menjalankan tugas kenegaraan dan menjaga tatanan kerajaan yang tertib.
Sri Manganti
Sri Manganti adalah sebuah bangunan berbentuk bujursangkar yang terletak di sebelah Tugu Manunggal. Bangunan ini memiliki ciri khas terbuka tanpa dinding, dengan atap berbentuk joglo yang dilengkapi dengan genteng. Atap Sri Manganti didukung oleh 4 tiang saka guru, 12 tiang tengah, dan 12 tiang luar yang menjadikan bangunan ini kokoh dan indah secara struktural.
Di dalam Sri Manganti, langit-langitnya dihiasi dengan ukiran-ukiran yang indah dan dipadu dengan warna putih dan coklat. Hal ini memberikan nuansa yang elegan dan estetis bagi bangunan tersebut. Sri Manganti memiliki fungsi utama sebagai tempat menunggu keputusan raja. Para pejabat dan tamu yang akan menghadap raja akan ditempatkan di Sri Manganti, di mana mereka akan menunggu dengan penuh hormat dan antusiasme atas keputusan dan petunjuk yang akan diberikan oleh raja.
Bangunan Sri Manganti tidak hanya berperan sebagai tempat menunggu, tetapi juga memiliki nilai simbolis dalam tatanan kerajaan. Keindahan dan keagungan bangunan ini mencerminkan kebesaran dan kebijaksanaan raja, serta menghadirkan suasana yang khusyuk dan khidmat bagi semua yang berada di dalamnya. Sri Manganti menjadi salah satu ikon keraton yang mewakili kekuasaan dan keadilan raja dalam mengambil keputusan yang berdampak pada kehidupan kerajaan dan rakyatnya.
Bangunan induk keraton
Bangunan induk keraton merupakan tempat utama di mana Sultan melakukan berbagai kegiatan dan mengurus urusan kesultanan. Bangunan ini memiliki peran sentral dalam tatanan kerajaan dan merupakan pusat kekuasaan politik, administratif, dan budaya. Dalam konteks keraton Kasepuhan, bangunan induk keraton memiliki ciri khas arsitektur Jawa dengan pengaruh budaya Cirebon.
Bangunan induk keraton biasanya terdiri dari beberapa bagian, termasuk pendopo (ruang terbuka dengan atap yang didukung oleh tiang-tiang), bangunan istana (tempat tinggal Sultan dan keluarganya), dan ruang-ruang lain yang berfungsi sebagai tempat pertemuan, perayaan, dan upacara keraton. Setiap bagian bangunan induk keraton memiliki fungsi dan makna tersendiri dalam konteks kehidupan kerajaan.
Bangunan induk keraton menjadi pusat kegiatan politik, di mana Sultan bertemu dengan para pejabat, menerima kunjungan diplomatik, dan mengadakan rapat penting terkait pemerintahan kerajaan. Selain itu, bangunan ini juga menjadi tempat diadakannya upacara keraton, perayaan keagamaan, dan acara budaya yang melibatkan keluarga kerajaan dan masyarakat keraton.
Keberadaan bangunan induk keraton mencerminkan kekuasaan, keagungan, dan kejayaan kesultanan. Bangunan ini merupakan simbol kehadiran Sultan sebagai pemimpin tertinggi dan penjaga tradisi dan adat istana. Selain itu, bangunan induk keraton juga memiliki nilai sejarah dan kultural yang tinggi, menjadi saksi perjalanan dan warisan kebudayaan kerajaan yang perlu dilestarikan dan dihormati.
Bangunan induk keraton memiliki beragam ruangan dengan fungsi yang berbeda. Berikut adalah beberapa ruangan yang terdapat dalam bangunan induk keraton:
- Kutagara Wadasan: Merupakan gapura dengan bentuk huruf “E” yang bercat putih dengan gaya khas Cirebon. Kutagara Wadasan memiliki ukiran wadasan dan mega mendung, melambangkan kekuatan dan tanggung jawab seorang pemimpin.
- Kuncung: Ruangan berukuran 2,5 × 2,5 × 2,5 m yang digunakan sebagai tempat parkir kendaraan Sultan.
- Jinem Pangrawit: Ruangan yang berfungsi sebagai tempat Pangeran Patih dan wakil Sultan dalam menerima tamu. Jinem Pangrawit memiliki lantai marmer, dinding berwarna putih, dan dihiasi dengan keramik Eropa. Atapnya didukung oleh 4 tiang saka guru kayu.
- Gajah Nguling: Ruangan terbuka tanpa dinding yang memiliki 6 tiang bulat setinggi 3 m. Bentuk ruangan ini menyerupai gajah nguling (menguak) dengan belalainya yang bengkok. Ruangan ini memiliki lantai tegel dan langit-langit berwarna hijau.
- Bangsal Pringgandani: Ruangan yang berfungsi sebagai tempat menghadap para abdi dan dapat digunakan sebagai tempat sidang warga keraton. Bangsal Pringgandani memiliki 4 tiang utama segi empat berwarna hijau.
- Bangsal Pagelaran: Ruangan yang digunakan untuk pertunjukan dan hiburan. Bangsal Pagelaran memiliki hiasan motif batik Mega Mendung dan lampu hias.
- Bangsal Prabayasa: Ruangan yang dilengkapi dengan relief Kembang Kanigaran sebagai pengingat bahwa Sultan harus welas asih pada rakyatnya.
- Bangsal Agung Panembahan: Ruangan yang merupakan singgasana Gusti Panembahan. Bangsal ini dibangun pada tahun 1529 saat keraton masih bernama keraton Pakungwati.
- Pungkuran: Ruangan serambi yang terletak di belakang keraton, disebut juga sebagai halaman belakang rumah.
- Kaputran: Ruangan yang berada di sebelah timur Bangsal Pringgandani dan digunakan sebagai tempat tinggal para putra Sultan.
- Kaputren: Ruangan yang berada di sebelah barat Bangsal Pringgandani dan berfungsi sebagai tempat tinggal para putri yang belum menikah.
- Dapur Maulud: Ruangan yang digunakan sebagai tempat memasak persiapan peringatan Maulid Nabi SAW, terletak di depan Kaputren dan menghadap timur.
- Pamburatan: Ruangan yang berfungsi sebagai tempat mengerik kayu-kayu wangi untuk kelengkapan selamatan Maulid Nabi SAW.
Setiap ruangan dalam bangunan induk keraton memiliki peran penting dalam menjalankan kegiatan kesultanan dan melayani berbagai keperluan Sultan dan anggota keluarga kerajaan.
Kuliner Tempat Makan
Di sekitar Keraton Kasepuhan, Anda akan menemukan warung-warung wisata yang menyajikan makanan dan minuman tradisional. Warung-warung ini menawarkan hidangan khas Cirebon yang lezat dan autentik, memberikan pengalaman kuliner yang unik sambil menikmati suasana makan di tempat yang memiliki nilai sejarah.
Anda dapat mencicipi berbagai hidangan khas Cirebon seperti nasi jamblang, empal gentong, tahu gejrot, mi koclok, soto ayam, dan masih banyak lagi. Hidangan-hidangan ini memiliki cita rasa yang khas dan merupakan bagian dari warisan kuliner Cirebon yang kaya.
Selain itu, warung-warung wisata di sekitar Keraton Kasepuhan juga menawarkan minuman tradisional seperti wedang ronde, es dawet, bandrek, atau sekedar segelas teh hangat. Anda dapat memanjakan lidah Anda dengan minuman yang menyegarkan dan menyenangkan di tengah suasana yang bersejarah.
Menikmati hidangan khas Cirebon di warung-warung wisata ini memberikan pengalaman kuliner yang istimewa. Anda dapat merasakan kelezatan makanan tradisional sambil merasakan atmosfer yang khas dan bersejarah.
Jadi, jangan lewatkan kesempatan untuk mencoba hidangan khas Cirebon di warung-waring wisata yang ada di sekitar Keraton Kasepuhan. Nikmati kuliner yang autentik sambil menikmati suasana makan yang unik dan bersejarah.
Penginapan Hotel Dekat
Kota Cirebon memang memiliki banyak warisan sejarah yang signifikan, terutama terkait dengan penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Tempat-tempat bersejarah yang tersebar di berbagai sudut kota Cirebon menjadi objek wisata yang dilindungi oleh pemerintah Indonesia.
Salah satu tempat bersejarah yang sangat populer di Cirebon adalah Keraton Kasepuhan Cirebon. Keraton ini merupakan keraton yang termegah dan paling terawat di Cirebon. Setiap harinya, Keraton ini dikunjungi oleh banyak wisatawan baik dari Cirebon maupun dari luar kota. Bagi Anda yang datang dari luar kota, tidak perlu khawatir mencari penginapan karena di sekitar Keraton terdapat banyak hotel di Cirebon yang dapat menjadi tempat singgah Anda.
Keraton Kasepuhan Cirebon memiliki pesona yang memikat dengan bangunan-bangunan bersejarah, taman yang indah, serta koleksi-koleksi barang antik yang menggambarkan kejayaan kerajaan pada masa lalu. Anda dapat menjelajahi kompleks keraton, mengunjungi museum, melihat koleksi senjata dan perhiasan, serta menikmati keindahan arsitektur dan ornamen yang khas.
Menginap di hotel di sekitar Keraton Kasepuhan Cirebon juga memudahkan Anda untuk mengeksplorasi atraksi wisata lainnya di kota ini, seperti Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Masjid Keraton Kasepuhan, dan berbagai pasar tradisional yang menawarkan kuliner khas dan kerajinan tangan.
Jadi, jika Anda ingin merasakan keindahan sejarah dan budaya Cirebon, kunjungi Keraton Kasepuhan dan manfaatkan fasilitas penginapan di sekitarnya untuk mendapatkan pengalaman liburan yang lebih lengkap.
BATIQA Hotel Cirebon
BATIQA Hotel Cirebon adalah sebuah hotel yang terletak di Jalan Dr. Cipto Mangunkusumo, Kesambi, Cirebon, Jawa Barat, Indonesia. Hotel ini dibuka pada pertengahan tahun 2015 dan menawarkan kamar-kamar yang nyaman untuk istirahat Anda.
Dengan desain yang modern dan fasilitas yang memadai, BATIQA Hotel Cirebon merupakan pilihan yang tepat bagi wisatawan yang mencari tempat menginap yang nyaman dan terjangkau di Cirebon. Hotel ini menawarkan berbagai jenis kamar, mulai dari kamar standar hingga kamar suite, yang dilengkapi dengan fasilitas seperti AC, TV, Wi-Fi gratis, area duduk, dan kamar mandi pribadi dengan perlengkapan mandi gratis.
Selain itu, hotel ini juga menyediakan fasilitas lain yang dapat meningkatkan kenyamanan Anda selama menginap, seperti restoran yang menyajikan hidangan lokal dan internasional, fasilitas rapat dan pertemuan, area parkir yang luas, dan layanan resepsionis 24 jam.
Dengan lokasinya yang strategis, BATIQA Hotel Cirebon juga memberikan akses mudah ke berbagai objek wisata dan tempat kuliner di sekitarnya. Anda dapat menjelajahi Keraton Kasepuhan Cirebon, Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Pasar Batik Trusmi, dan berbagai tempat menarik lainnya dengan mudah dari hotel ini.
Cordela Hotel Cirebon
Cordela Hotel Cirebon merupakan sebuah hotel yang terletak di Jalan Cipto Mangunkusumo No.111, Pekiringan, Kesambi, Kota Cirebon, Jawa Barat, Indonesia. Hotel ini diresmikan pada pertengahan tahun 2015 dan menjadi salah satu pilihan akomodasi yang nyaman di Cirebon.
Dengan desain yang modern dan konsep yang mengutamakan kenyamanan tamu, Cordela Hotel Cirebon menawarkan berbagai jenis kamar yang dilengkapi dengan fasilitas yang memadai. Setiap kamar dilengkapi dengan AC, TV, Wi-Fi gratis, area duduk, dan kamar mandi pribadi dengan perlengkapan mandi gratis.
Hotel ini juga menyediakan berbagai fasilitas untuk meningkatkan pengalaman menginap Anda. Terdapat restoran yang menyajikan beragam hidangan lokal dan internasional, area parkir yang luas, layanan resepsionis 24 jam, dan fasilitas rapat yang dapat digunakan untuk keperluan bisnis atau acara lainnya.
Selain itu, Cordela Hotel Cirebon juga memiliki lokasi yang strategis, memudahkan akses ke berbagai objek wisata dan pusat perbelanjaan di sekitarnya. Anda dapat mengunjungi Keraton Kasepuhan Cirebon, Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Taman Kanak-Kanak Mangrove, dan berbagai tempat menarik lainnya dengan mudah dari hotel ini.
Dengan harga yang terjangkau dan pelayanan yang ramah, Cordela Hotel Cirebon menjadi pilihan yang baik bagi wisatawan yang mencari penginapan yang nyaman dan terjangkau di Cirebon.
Hotel Satria Cirebon
Hotel Satria Cirebon merupakan sebuah hotel yang terletak di Jalan Ahmad Yani No. 39, Kota Cirebon, Jawa Barat, Indonesia. Hotel ini menawarkan akomodasi dengan konsep low budget, namun tetap menyediakan fasilitas yang memadai untuk kenyamanan tamu.
Meskipun harga yang terjangkau, Hotel Satria Cirebon menyediakan berbagai fasilitas yang bisa Anda nikmati selama menginap. Setiap kamar dilengkapi dengan AC, TV, akses Wi-Fi gratis, kamar mandi pribadi dengan air panas, dan area tempat duduk.
Hotel ini juga memiliki fasilitas umum seperti area parkir yang aman, resepsionis 24 jam, dan layanan kamar untuk memenuhi kebutuhan Anda selama menginap. Terdapat juga restoran atau warung makan di sekitar hotel yang menyajikan makanan lokal atau internasional.
Hotel Lotus Cirebon
Hotel Lotus Cirebon menawarkan akomodasi yang nyaman dan fasilitas yang lengkap untuk memenuhi kebutuhan para tamu. Terdapat berbagai jenis kamar yang tersedia, mulai dari kamar standar hingga suite.
Setiap kamar dilengkapi dengan AC, TV kabel, meja kerja, dan kamar mandi pribadi dengan shower air panas. Beberapa kamar juga dilengkapi dengan area duduk yang nyaman. Akses Wi-Fi gratis juga tersedia di seluruh area hotel.
Fasilitas lain yang ditawarkan oleh Hotel Lotus Cirebon termasuk restoran yang menyajikan berbagai hidangan lokal dan internasional, pusat kebugaran, dan layanan laundry. Pihak hotel juga menyediakan layanan antar-jemput bandara dengan biaya tambahan.
Hotel ini memiliki lokasi yang strategis, dengan akses mudah ke berbagai tempat wisata di sekitar Cirebon. Beberapa tempat menarik yang dapat dikunjungi di sekitar hotel antara lain Keraton Kasepuhan, Masjid Agung Sang Cipta Rasa, dan Taman Sari Gua Sunyaragi.
Hotel Apita Express Cirebon
Hotel Apita Express Cirebon adalah pilihan akomodasi yang nyaman dengan lokasi strategis di Cirebon. Terletak di dekat CSB Mall, hotel ini menawarkan berbagai fasilitas yang dapat memenuhi kebutuhan para tamu.
Hotel ini menawarkan kamar-kamar yang dilengkapi dengan AC, TV, dan kamar mandi pribadi. Fasilitas lain yang tersedia di hotel ini antara lain meja depan 24 jam, akses Wi-Fi gratis di area umum, dan parkir gratis.
Salah satu keunggulan dari Hotel Apita Express Cirebon adalah adanya fasilitas karaoke keluarga. Anda dapat bersenang-senang dan menikmati waktu bersama keluarga atau teman-teman di ruang karaoke yang disediakan oleh hotel.
Selain itu, hotel ini juga dekat dengan CSB Mall, yang menawarkan berbagai toko, restoran, dan hiburan lainnya. Anda dapat menjelajahi berbagai fasilitas dan tempat makan di sekitar hotel untuk menambah pengalaman liburan Anda di Cirebon.
Dengan pelayanan yang ramah dan fasilitas yang lengkap, Hotel Apita Express Cirebon merupakan pilihan yang tepat untuk menginap saat berlibur atau melakukan perjalanan bisnis di Cirebon.
Berikut ini adalah Lanjutan beberapa hotel yang dekat dengan Keraton Kasepuhan di Cirebon:
- Apita Express Hotel, Cirebon:
- Lokasi: Kesambi, Cirebon
- Rating: 4.0/5
- Harga: IDR 241.325 per kamar per malam
- Grand Dian Boutique Hotel Cirebon, Cirebon:
- Lokasi: Kejaksan, Cirebon
- Rating: 4.1/5
- Harga: IDR 240.833 per kamar per malam
- Sapadia Hotel Cirebon, Cirebon:
- Lokasi: Harjamukti, Cirebon
- Rating: 4.3/5
- Harga: IDR 268.128 per kamar per malam
- C Hotel Cirebon, Cirebon:
- Lokasi: Kedawung, Cirebon
- Rating: 3.4/5
- Harga: IDR 201.999 per kamar per malam
- Patra Cirebon Hotel & Convention, Cirebon:
- Lokasi: Kedawung, Cirebon
- Rating: 4.5/5
- Harga: IDR 760.000 per kamar per malam
- Hotel Priangan Cirebon, Cirebon:
- Lokasi: Kejaksan, Cirebon
- Rating: 4.1/5
- Harga: IDR 285.000 per kamar per malam
Anda dapat memilih salah satu hotel di atas sesuai dengan preferensi dan anggaran Anda. Pastikan untuk melakukan reservasi sebelumnya untuk memastikan ketersediaan kamar saat Anda mengunjungi Keraton Kasepuhan di Cirebon.
Wisata Sekitar Pantai Dekat
Berikut ini adalah rangkuman tempat-tempat wisata tersembunyi yang indah dekat Keraton Kasepuhan:
- Keraton Kanoman Cirebon: Terletak di Jalan Winaon, Kampung Kanoman, Kelurahan Lemah Wungkuk, Cirebon. Keraton Kanoman memiliki daya tarik tersendiri dan menyediakan fasilitas seperti toilet, tempat informasi, dan musholla.
- Makam Sunan Gunung Jati: Merupakan makam salah satu dari sembilan Wali Songo yang terletak di Jalan Alun-Alun Ciledug No. 53, Astana, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon. Tempat ini sering dikunjungi untuk ziarah dan memiliki nilai sejarah dalam penyebaran Islam di Indonesia. Tiket masuknya gratis, tetapi disarankan memberikan infaq seikhlasnya kepada juru kunci.
- Keramat Planggon: Terletak di Desa Babakan, Cirebon. Tempat ini adalah objek purbakala dari zaman Islam dan di dalamnya terdapat makam Pangeran Panjunan dan Pangeran Kejaksan. Kawasan ini berupa hutan yang berada di atas bukit dengan luas sekitar 48 hektar. Saat mengunjungi, wisatawan akan disambut oleh beberapa monyet yang hidup di sekitar Keramat Planggon.
- Bukit Gronggong: Tempat wisata alam yang menarik dan cocok bagi pecinta fotografi dan media sosial. Terletak di Cirebon, tempat ini menawarkan pemandangan yang indah dan “instagramable”. Harga tiket masuknya terjangkau, sekitar Rp 5.000 per orang.
Dengan mengunjungi tempat-tempat wisata tersebut, pengunjung dapat menikmati pesona alam, sejarah, dan keindahan yang unik di Cirebon.
Tips
Berikut adalah tips ketiga untuk mengunjungi Keraton Kasepuhan Cirebon:
- Taati peraturan yang ada: Ketika mengunjungi Keraton Kasepuhan, penting untuk mengikuti semua peraturan yang telah ditetapkan oleh pihak keraton. Hal ini termasuk aturan tentang larangan merokok, menjaga ketenangan, tidak merusak atau mencuri barang, dan lain sebagainya. Dengan mematuhi peraturan, Anda dapat menjaga keamanan dan kenyamanan lingkungan keraton serta menghormati nilai-nilai budaya yang dijunjung tinggi di sana.
- Jangan membuang sampah sembarangan di tempat yang bersejarah: Ketika berada di Keraton Kasepuhan Cirebon, penting untuk menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan tersebut. Jangan membuang sampah sembarangan, melainkan carilah tempat sampah yang disediakan di sekitar keraton. Ini akan membantu menjaga kelestarian lingkungan dan menghormati tempat bersejarah yang memiliki nilai budaya tinggi.
- Pakailah pakaian yang sopan karena Anda memasuki wilayah kesultanan: Mengingat Keraton Kasepuhan merupakan tempat yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang kuat, penting untuk menghormati dengan berpakaian sopan. Hindarilah memakai pakaian yang terlalu terbuka atau provokatif. Sebaiknya, kenakan pakaian yang rapi, sopan, dan menghormati nilai-nilai tradisional yang ada.
- Usahakan untuk tidak berkata kotor ketika berada di wilayah tersebut: Sebagai tempat yang dihormati dan memiliki nilai-nilai tradisional yang kuat, penting untuk menjaga tata krama dalam berbicara. Hindarilah menggunakan kata-kata kotor atau tidak pantas saat berada di Keraton Kasepuhan. Hormati lingkungan sekitar dan berinteraksi dengan sopan kepada pengunjung dan petugas yang ada.
- Kenali jam operasional: Pastikan Anda mengetahui jam operasional Keraton Kasepuhan sehingga Anda dapat mengatur jadwal kunjungan dengan baik.
- Kenakan pakaian yang nyaman: Mengingat Anda akan berjalan dan menjelajahi area keraton, pilihlah pakaian yang nyaman dan sesuai dengan cuaca. Juga, penting untuk menghormati tempat bersejarah dengan tidak mengenakan pakaian yang terlalu terbuka atau kurang sopan.
- Ikuti tur atau panduan lokal: Jika tersedia, ikutilah tur atau panduan lokal yang ditawarkan. Mereka akan memberikan informasi yang lebih mendalam tentang sejarah dan budaya tempat tersebut.
- Patuhi peraturan dan larangan: Pastikan Anda mematuhi peraturan dan larangan yang berlaku. Hal ini untuk menjaga kelestarian dan keamanan tempat tersebut.
- Jaga kebersihan: Selalu jaga kebersihan area wisata dengan menggunakan tempat sampah yang tersedia. Bantu menjaga keindahan dan kebersihan Keraton Kasepuhan dengan tidak membuang sampah sembarangan.
- Manfaatkan fasilitas yang tersedia: Gunakan dengan bijak fasilitas yang ada, seperti toilet, area istirahat, dan tempat parkir. Pastikan Anda meninggalkan fasilitas tersebut dalam kondisi baik.
Dengan mengikuti tips-tips di atas, Anda dapat menghormati dan menikmati pengalaman mengunjungi Keraton Kasepuhan Cirebon dengan baik.
Kekurangan
Seperti halnya destinasi wisata lainnya, Keraton Kasepuhan di Cirebon juga memiliki beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan. Beberapa kekurangan yang mungkin dapat ditemui adalah:
- Kepadatan pengunjung: Merupakan tempat wisata populer, terutama di akhir pekan atau musim liburan. Kepadatan pengunjung dapat membuat suasana menjadi ramai dan sulit untuk menikmati keindahan bangunan dan koleksi secara optimal. Disarankan untuk mengunjungi Keraton Kasepuhan di hari-hari yang lebih sepi untuk pengalaman yang lebih nyaman.
- Aksesibilitas: Meskipun terletak di pusat kota Cirebon, aksesibilitas menuju lokasi mungkin tidak selalu mudah. Lalu lintas di sekitar kawasan tersebut bisa menjadi padat, terutama pada jam-jam sibuk. Pastikan untuk memperhatikan waktu perjalanan dan mencari informasi tentang rute terbaik sebelum berangkat.
- Keterbatasan fasilitas: Meskipun memiliki beberapa fasilitas seperti toilet dan area parkir, fasilitas tersebut mungkin masih terbatas. Beberapa pengunjung mungkin merasa kurang puas dengan ketersediaan fasilitas yang ada. Oleh karena itu, disarankan untuk membawa perlengkapan pribadi dan mempersiapkan diri dengan baik sebelum mengunjungi Keraton Kasepuhan.
- Upaya pelestarian: Meskipun telah berusaha untuk menjaga dan melestarikan bangunan serta koleksi-koleksi bersejarahnya, tetap ada kekhawatiran terkait upaya pelestarian yang masih perlu ditingkatkan. Beberapa bagian bangunan mungkin mengalami kerusakan atau perlu perawatan lebih lanjut. Penting untuk menghormati peraturan yang ada dan tidak merusak atau mengambil barang-barang bersejarah yang ada.
Meskipun ada beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan, Keraton Kasepuhan Cirebon tetap merupakan tempat wisata yang menarik dan berharga untuk dikunjungi. Dengan persiapan yang matang dan pengaturan waktu yang tepat, Anda dapat menikmati pengalaman yang memuaskan saat berkunjung.
FAQ
Pertanyaan Umum tentang Keraton Kasepuhan Cirebon:
- Apa yang membuat Keraton Kasepuhan Cirebon istimewa? Merupakan salah satu bangunan bersejarah yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi. Keunikan keraton ini terletak pada konsep bangunannya yang menggabungkan gaya kuno dan klasik dengan sentuhan agama Islam, Hindu, dan Budha. Selain itu, Keraton Kasepuhan juga menyimpan banyak koleksi barang dan benda bersejarah yang terawat dengan baik.
- Apa saja fasilitas yang tersedia? Terdapat beberapa fasilitas pendukung yang bisa dinikmati oleh pengunjung, antara lain:
- Tempat parkir kendaraan
- Kompleks istana
- Masjid keraton
- Gazebo
- Spot foto klasik anti mainstream
- Warung wisata
- Tour guide keraton
- Toilet dan kamar mandi
- Apakah ada jam operasional untuk mengunjungi Keraton Kasepuhan Cirebon? Biasanya buka setiap hari, mulai dari pagi hingga sore. Jam operasional tepatnya dapat berbeda-beda, jadi disarankan untuk memeriksa jadwalnya sebelum mengunjungi tempat tersebut.
- Bagaimana cara menuju Keraton Kasepuhan Cirebon? Terletak di pusat kota Cirebon, sehingga cukup mudah diakses. Anda dapat menggunakan kendaraan pribadi, taksi, atau ojek online untuk menuju ke lokasi. Jika menggunakan transportasi umum, Anda dapat mencari angkutan umum atau mengambil becak atau andong (gerobak kuda) dari terminal atau stasiun terdekat.
- Apakah ada biaya masuk untuk mengunjungi Keraton Kasepuhan Cirebon? Ya, untuk masuk ke area biasanya dikenakan biaya masuk yang bersifat nominal. Biaya masuk tersebut digunakan untuk pemeliharaan dan pelestarian keraton serta koleksi-koleksi yang ada di dalamnya.
- Apa yang dapat saya lakukan selama berkunjung? Selama berkunjung ke Keraton Kasepuhan Cirebon, Anda dapat melakukan berbagai aktivitas, antara lain:
- Berkeliling untuk melihat bangunan-bangunan bersejarah dan ornamen-ornamen unik.
- Mengunjungi Museum Benda Kuno untuk melihat koleksi-koleksi bersejarah.
- Melihat kereta Kesultanan Cirebon, seperti Kereta Singa Barong.
- Mencuci muka di Sumur Agung.
- Menikmati keindahan dan suasana Keraton Kasepuhan Cirebon.
- Berfoto di spot-spot yang menarik dan instagenic.
Harap dicatat bahwa informasi ini dapat berubah seiring waktu, jadi disarankan untuk memeriksa informasi terbaru sebelum mengunjungi Keraton Kasepuhan Cirebon.