Candi Cetho, sebuah cagar budaya yang memukau, terletak di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia. Dengan arsitektur yang unik dan lokasinya yang tak biasa di lereng Gunung Lawu, candi ini menawarkan pengalaman wisata yang memikat dengan keindahan alam sekitarnya.
Candi Cetho menempati posisi prestisius sebagai candi tertinggi ketiga di Indonesia, setelah Candi Arjuna dan Candi Kethek. Keunikan arsitektur dan lokasi di lereng Gunung Lawu memberikan daya tarik tak tertandingi bagi para pengunjung. Dibangun pada periode 1451-1470, menjelang akhir masa Kerajaan Majapahit, candi ini menjadi saksi bisu dari kebangkitan tradisi prasejarah di Indonesia.
Dengan ketinggian mencapai 1.496 mdpl, Candi Cetho menyuguhkan panorama alam yang menakjubkan. Pengunjung dapat menikmati udara sejuk pegunungan sambil merenungkan keindahan perkebunan teh yang mengelilingi tempat ini. Cetho, dalam bahasa Jawa, bermakna “jelas,” mencerminkan kemampuan pengunjung untuk dengan jelas melihat keindahan alam dari tempat ini.
Meskipun menjadi daya tarik wisata, Candi Cetho masih dihormati sebagai tempat ibadah oleh masyarakat Hindu setempat. Tradisi keagamaan yang berlanjut di tempat ini menambahkan dimensi spiritual yang kuat pada pengalaman wisata.
Candi Cetho bukan hanya destinasi wisata, tetapi juga ruang pembelajaran sejarah. Pembangunan candi pada saat yang kritis dalam sejarah Indonesia mencerminkan kebijaksanaan dan kejayaan masa lalu.
Bagi para pencinta sejarah, keindahan alam, dan pengalaman spiritual, Candi Cetho adalah tujuan yang sempurna. Dengan udara sejuk pegunungan, pemandangan memukau, dan nilai sejarah yang kuat, tempat ini menawarkan pengalaman wisata yang tak terlupakan.
Kunjungan ke Candi Cetho bukan sekadar perjalanan, tetapi sebuah penyelidikan mendalam ke dalam sejarah dan keindahan alam Indonesia yang mendalam.
Daftar Isi
Sejarah
Candi Cetho, yang pertama kali tercatat dalam dokumen penelitian pada tahun 1842, menghadirkan keajaiban arsitektur dan keindahan alam yang tak terlupakan. Meskipun penemuan pertamanya terjadi pada abad ke-19, penggalian besar-besaran baru dilakukan pada tahun 1928 oleh pihak Belanda.
Berlandaskan hasil penelitian, Candi Cetho ternyata merupakan bagian dari warisan kerajaan Majapahit yang didirikan sekitar tahun 1451 Masehi atau 1373 Saka. Pada masa itu, Majapahit diperintah oleh Raja Brawijaya V, raja terakhir dari kerajaan Majapahit.
Salah satu bukti kuat keterlibatan Majapahit adalah batu berlambang Surya Majapahit, mengisyaratkan bahwa candi ini dibangun oleh kekaisaran tersebut. Dilaporkan bahwa candi ini kemungkinan berfungsi sebagai tempat ruwatan atau penyucian diri, sebagaimana diindikasikan oleh tulisan Jawa kuno yang ditemukan.
Dengan struktur punden berundak yang mengagumkan, candi ini terdiri dari sekitar 14 punden, dengan 9 di antaranya telah dipugar kembali. Meskipun belum semua teras dipugar, keelokan dan daya magis Candi Cetho tetap terpancar.
Punden berundak ini diduga dipengaruhi oleh Sinkretisme di Cetho, yaitu perpaduan antara Hindu dan budaya asli Nusantara. Sebagai cagar budaya, Candi Cetho menjadi warisan berharga dengan nilai sejarah dan keagamaan.
Nama “Cetho” berasal dari bahasa Jawa yang berarti “jelas,” mencerminkan pemandangan yang jelas dari lokasi candi. Dari ketinggian candi, kota di bawah Gunung Lawu dan gunung di sekitarnya terlihat indah.
Pertama kali dilaporkan oleh Van de Vlies pada 1842, Candi Cetho mengalami penggalian pertama kali untuk rekonstruksi pada tahun 1928 oleh Dinas Purbakala Hindia Belanda. Diperkirakan, candi ini telah berdiri sejak abad XV pada masa pemerintahan Prabu Brawijaya V.
Pada teras ke VII, ditemukan prasasti dengan tulisan Jawa kuno yang mengingatkan tentang pendirian tempat peruwatan pada tahun 1397 Saka (1475 M).
Candi Cetho, melalui simbol-simbol dan mitologi arca-arcanya yang didominasi oleh bentuk hewan, diperkirakan berfungsi sebagai tempat ruwatan pada masa kekacauan tersebut. Dengan keunikan ini, Candi Cetho tidak hanya menjadi destinasi wisata, tetapi juga jendela ke dalam sejarah dan kebudayaan yang kaya.
Harga Tiket Masuk Candi Cetho
Informasi Resmi: Harga Tiket Masuk dan Jam Operasional Candi Cetho, sebuah situs bersejarah yang mempesona di Karanganyar, menyediakan pengalaman tak terlupakan bagi para pengunjung yang ingin mengeksplorasi kemegahan arsitektur candi yang kuno dan keindahan alam sekitarnya. Berikut adalah rincian mengenai harga tiket masuk dan jam operasional:
Harga Tiket Masuk:
- Tiket Masuk Wisatawan Domestik: Rp10.000
Jam Buka:
- Waktu Operasional: 08.00 – 16.30
Candi Cetho membuka pintunya setiap hari, memungkinkan pengunjung menikmati keindahan alam dan warisan sejarahnya sepanjang hari hingga sore hari. Harga tiket masuk yang terjangkau menjadikan pengalaman wisata di Candi Cetho dapat diakses oleh berbagai kalangan.
Untuk memastikan informasi terkini, disarankan untuk selalu memeriksa pembaruan mengenai jam operasional dan harga tiket sebelum merencanakan kunjungan. Dengan komitmen untuk memberikan pengalaman wisata yang berkesan, Candi Cetho mengundang Anda untuk mengeksplorasi kekayaan budaya dan keindahan alamnya.
Alamat Rute Lokasi
Petunjuk Menuju Candi Cetho: Tantangan dan Keindahan di Lereng Gunung Lawu
Menuju Candi Cetho memang dapat menjadi perjalanan yang menantang, namun pemandangan indah sepanjang perjalanan membuatnya menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Berikut adalah petunjuk menuju Candi Cetho:
- Lokasi Tepat: Candi Cetho terletak di lereng Gunung Lawu, Dusun Cetho, Desa Gumeng, Jenawi, Karanganyar.
- Kendaraan Pribadi: Cara paling mudah adalah menggunakan kendaraan pribadi. Namun, pastikan kendaraan berada dalam kondisi prima karena jalan dan medan yang sulit memerlukan kesiapan ekstra.
- Tantangan Jalan dan Tikungan: Perjalanan akan melibatkan tantangan jalan yang berbelok dan sempit, terutama saat menanjak. Fokus dan konsentrasi tinggi diperlukan selama perjalanan.
- Rute dari Terminal Karangpandan: Jika menggunakan kendaraan pribadi, rute dari Terminal Karangpandan menuju gapura Kawasan Wisata Sukuh Cetho kemuning. Di daerah Kemuning, akan ada petunjuk menuju lokasi.
- Penggunaan Google Maps: Penggunaan Google Maps dapat mempermudah navigasi ke kawasan wisata ini.
- Kendaraan Umum: Jika menggunakan kendaraan umum, pilihan terbatas pada ojek dari pertigaan Nglorong. Dari sana, perjalanan akan melibatkan tanjakan sekitar 12 km, dengan pemandangan kebun teh yang indah di sepanjang perjalanan.
Meskipun perjalanan mungkin memerlukan usaha ekstra, keindahan Candi Cetho dan pesona alam sekitarnya membuatnya menjadi destinasi yang sangat dicari oleh para wisatawan yang mencari pengalaman spiritual dan keindahan alam yang unik.
Daya Tarik
Perjalanan menuju Candi Cetho tidak hanya menawarkan warisan sejarah, tetapi juga suguhan indah hamparan kebun Teh Kemuning. Terletak di lereng pegunungan, kebun teh ini memberikan pengalaman visual yang memikat, sementara udara sejuk dengan suhu rata-rata 20⁰ Celsius dan kabut seringkali mengelilingi, menciptakan suasana yang menyegarkan. Untuk menjaga kenyamanan selama perjalanan, pakaian hangat adalah keharusan.
Sesampainya di sisi timur teras paling bawah Candi Cetho, gapura megah menjadi pintu gerbang yang menandakan awal petualangan di dalam kompleks candi. Sebelum memasuki area tersebut, wisatawan diharuskan membayar tiket masuk, dan tradisi setempat menuntut pengunjung untuk mengenakan kain poleng.
Kain poleng yang wajib dikenakan oleh setiap pengunjung adalah kain sarung kotak hitam-putih, sebuah tradisi yang sering dijumpai di Bali. Selain memberikan nuansa tradisional, kain poleng juga dianggap sebagai tanda penghormatan terhadap keberadaan dan kebersihan tempat suci.
Dengan langkah yang penuh kehormatan, para pengunjung memasuki kompleks candi dengan kain poleng mereka, siap untuk menjelajahi keindahan arsitektur kuno dan keunikan budaya yang tersimpan di Candi Cetho. Keseluruhan perjalanan ini tidak hanya menjadi petualangan sejarah, tetapi juga pengalaman yang merangkul keaslian alam dan tradisi setempat.
Bentuk Bangunan Candi Cetho
Keunikan Setiap Punden di Candi Cetho: Jejak Sejarah dan Makna Spiritual, Candi Cetho membedakan dirinya dari candi-candi lain di Pulau Jawa melalui keunikan setiap punden yang membawa fungsi dan bentuk yang berbeda-beda. Berikut adalah penjelasan mengenai beberapa punden di Candi Cetho:
- Punden Pertama: Bangunan gapura dan dua arca penjaga menyambut pengunjung. Gapura ini merupakan tambahan saat pemugaran berlangsung, bukan asli dari zaman Majapahit.
- Punden Kedua: Merupakan tempat petilasan dari Ki Ageng Krincing Wesi, leluhur masyarakat Dusun Cetho, dianggap keramat oleh warga setempat.
- Punden Ketiga: Menampilkan susunan batu berbentuk kura-kura sebagai lambang Surya Majapahit, Arca Phallus setinggi 2 meter, dan Surya Sengkala sebagai catatan sejarah pembangunan candi.
- Punden Keempat: Menunjukkan fungsi sebagai tempat ruwat dengan relief kisah Sudamala sebagai dasar peruwatan.
- Punden Kelima dan Keenam: Terdapat pendopo yang sering digunakan sebagai lokasi upacara keagamaan. Posisinya di kiri dan kanan jalan masuk Candi menuju punden selanjutnya.
- Punden Ketujuh: Berisi dua arca, yakni Arca Sabdopalon di utara dan Arca Nayagenggong di selatan, yang merupakan penggambaran sosok penasehat spiritual dan abdi dari Prabu Brawijaya V.
- Punden Kedelapan: Memuat Arca Phallus (kunto bimo) dan Arca Mahadewa Prabu Brawijaya V, melambangkan pengharapan dan syukur atas hasil bumi yang subur.
- Punden Kesembilan: Berfungsi sebagai tempat berdoa dan tidak selalu terbuka untuk umum. Hanya dibuka saat pelaksanaan acara khusus seperti sembahyang.
Melalui susunan punden yang beragam ini, Candi Cetho bukan hanya sebagai situs bersejarah, tetapi juga sebagai tempat yang sarat makna spiritual. Setiap elemen arsitektur dan relief menjadi jejak sejarah serta simbol kepercayaan dan kehidupan spiritual yang masih terus berlangsung di tempat ini.
Panorama Sekitar Candi Cetho
Di dalam area Candi Cetho, para wisatawan akan menemukan sentuhan romantis dan eksotis yang membuat perjalanan mereka tak terlupakan. Petualangan dimulai sejak akses menuju candi, diiringi oleh pemandangan perkebunan Teh Kemuning yang melegenda. Berada di ketinggian 1496 meter di atas permukaan laut (Mpdl), kawasan ini menawarkan suasana sejuk yang cenderung dingin, sering kali diliputi oleh kabut mistis.
Nama “Candi Cetho” sendiri mengambil inspirasi dari lokasinya, Dusun Cetho. Dalam bahasa Jawa, ‘cetho’ berarti jelas, sebuah nama yang merujuk pada kejelasan pemandangan yang dapat dinikmati dari ketinggian candi saat cuaca cerah.
Candi Cetho menjadi panggung bagi pemandangan yang memukau, menawarkan panorama Kota Karanganyar dan Solo dari ketinggian. Para wisatawan dapat memandang jajaran pegunungan yang memukau, termasuk Gunung Merbabu, Merapi, Lawu, Sindoro, dan Sumbing. Keeksotisan tempat ini tidak hanya terletak pada keindahan bangunan candi dan alam sekitarnya, tetapi juga pada kemampuannya untuk menghadirkan atmosfer yang romantis dan magis.
Bagi pasangan yang mencari momen romantis, Candi Cetho menyajikan latar belakang yang sempurna. Dengan udara sejuk dan pemandangan yang memikat, tempat ini menjadi destinasi yang sangat dihargai untuk berbagi pengalaman bersama yang tak terlupakan. Sebuah perjalanan ke Candi Cetho bukan hanya sekadar petualangan sejarah, tetapi juga sebuah kisah cinta di antara keindahan alam yang megah.
Sembilan Aras
Candi Cetho, pada saat pertama ditemukan, menunjukkan keagungan reruntuhan batu pada 14 dataran bertingkat yang memanjang dari barat ke timur, mengikuti konsep punden berundak. Meskipun saat ini tinggal 13 teras yang berhasil dipugar, pemugaran yang dilakukan pada sembilan teras telah membawa perubahan signifikan.
Hasil pemugaran mencakup pembangunan gapura megah di muka dan bangunan-bangunan pertapaan kayu. Selain itu, berdiri juga patung-patung yang memiliki makna spiritual seperti Sabdapalon, Nayagenggong, Brawijaya V, dan Phallus. Puncak punden dihiasi dengan bangunan kubus yang memberikan nuansa mistis.
Setiap halaman teras dihubungkan oleh tangga, membagi area menjadi dua bagian yang unik. Berikut adalah deskripsi setiap teras:
- Teras ke-1: Halaman candi setelah gapura masuk.
- Teras ke-2: Tempat petilasan Ki Ageng Krincingwesi, leluhur masyarakat Dusun Cetho.
- Teras ke-3: Dinding susunan batu di sini menampilkan relief cuplikan kisah Sudamala, menjadi dasar upacara ruwatan.
- Teras ke-4: Di sisi baratnya, terdapat sepasang arca Bima yang menjaga tangga batu menuju teras ke-5.
- Teras ke-5: Terdapat sepasang bangunan beratap, disebut ‘pendapa luar,’ mengapit jalan menuju tangga ke teras ke-6.
- Teras ke-6: Arca Kalacakra dan sepasang arca Ganesha mendominasi, sementara tangga bertingkat 3 dengan turap batu di tepiannya.
- Teras ke-7: Terdapat sepasang pendapa beratap tanpa dinding yang disebut Pendapa Dalam, dengan tatanan batu mendatar menggambarkan kura-kura sebagai lambang Majapahit.
- Teras ke-8: Ruangan untuk sembahyang dengan dua arca batu dan tulisan Jawa yang menunjukkan tahun pembangunan Candi Cetho. Penggambaran ‘Phallus’ di sini diartikan sebagai lambang penciptaan atau kelahiran kembali setelah bebas dari kutukan.
- Teras ke-9: Aras tertinggi sebagai tempat pemanjatan doa, dengan ruangan penyimpanan benda kuno. Lapangan terbuka dengan patung Dewi Saraswati dan sebuah kolam melengkapi pengalaman spiritual di Candi Cetho.
Eksplorasi melalui teras-teras ini membawa pengunjung pada perjalanan yang menggabungkan keindahan arsitektur kuno dengan makna spiritual yang mendalam. Candi Cetho tidak hanya menjadi saksi bisu masa lalu, tetapi juga menjadi jendela ke dalam keberagaman budaya dan spiritualitas yang tercermin dalam setiap detail arsitekturnya.
Sunset yang Eksotis
Suasana senja di Candi Cetho menciptakan pemandangan yang mirip dengan keajaiban senja di Pura Lempuyang, Bali. Dalam momen indah ini, matahari terbenam menemukan tempatnya yang sempurna di tengah-tengah gapura utama candi, menghadirkan pemandangan yang tak terlupakan.
Ketika matahari menyelinap di balik struktur batu kuno, cahaya senja melukis langit dan meresapi setiap sudut candi. Keeksotisan tempat ini semakin terpancar, membiarkan pengunjung merasakan keajaiban eksotis senja di kawasan pegunungan.
Suasana senja di Candi Cetho bukan hanya sekadar perubahan warna langit, tetapi juga pengalaman mistis dan romantis. Momen magis ini membangkitkan keindahan arsitektur kuno dan membiarkan pengunjung menyatu dengan atmosfer spiritual yang terasa begitu kuat.
Dengan matahari terbenam yang menyatu dengan gapura utama candi, Candi Cetho membawa pengunjung pada perjalanan yang tak hanya menghargai keindahan arsitektur dan alam, tetapi juga merasakan pesona eksotis senja yang menciptakan kenangan abadi di hati setiap pengunjungnya.
Jalur Pendakian
Candi Cetho tidak hanya menjadi destinasi wisata sejarah dan spiritual, tetapi juga menjadi gerbang jalur pendakian yang populer menuju puncak Gunung Lawu. Jalur pendakian ini, meskipun mungkin lebih panjang daripada jalur populer seperti Cemoro Kandang dan Cemoro Sewu, menawarkan pengalaman yang unik dan eksotis bagi para pendaki.
Meski terdapat perbedaan jarak tempuh, jalur pendakian melalui Candi Cetho dihargai karena keasrian, kebersihan, dan kealamian lingkungannya. Suasana asri dan alami menjadikan jalur ini pilihan menarik bagi mereka yang menginginkan pengalaman mendaki yang lebih tenang dan santai, di tengah hamparan vegetasi yang rapat.
Kondisi jalur yang berupa trek tanah dengan vegetasi yang rapat menciptakan nuansa pegunungan yang kental. Pendaki dapat menikmati keindahan alam dan kesunyian yang masih terjaga di sepanjang perjalanan mereka. Keberadaan Candi Cetho sebagai titik awal pendakian menambahkan nilai sejarah dan spiritual pada petualangan tersebut.
Sebagai alternatif yang menawarkan keeksotisan tersendiri, jalur pendakian melalui Candi Cetho menunjukkan bahwa petualangan ke Gunung Lawu tidak hanya tentang mencapai puncak, tetapi juga tentang merasakan keajaiban alam dan warisan budaya yang memenuhi setiap langkah perjalanan.
Wisata Religi
Candi Cetho, selain menjadi destinasi wisata bersejarah, terus mempertahankan fungsinya sebagai situs peribadatan bagi umat Hindu. Tempat ini menjadi pusat pemujaan dan pelaksanaan upacara-upacara keagamaan yang kaya makna. Patung Dewi Saraswati bergaya seni arca Bali menjadi objek utama dalam upacara keagamaan di teras terakhir.
Situs ini memiliki daya tarik spiritual yang kuat bagi masyarakat Hindu sekitar. Mereka secara berkala melaksanakan ritual keagamaan di Candi Cetho, mempertahankan warisan kepercayaan dan tradisi keagamaan mereka. Wisatawan yang berkunjung diharapkan dapat menghormati dan menyaksikan ritual ini tanpa mengganggu aktivitas ibadah.
Sesekali, pelancong dapat menemui ritus-ritus keagamaan yang berlangsung di sekitar kompleks candi. Sesajen persembahan yang diletakkan di sekitar candi menjadi bagian dari pengalaman wisata yang memperkaya pemahaman tentang budaya dan keagamaan di tempat ini.
Salah satu upacara keagamaan yang diadakan di pelataran Candi Cetho adalah upacara Galungan, perayaan penting dalam kalender keagamaan Hindu yang berlangsung dua kali setahun. Setelah prosesi sembahyang, umat Hindu melanjutkan dengan acara makan bersama yang dihiasi dengan sesaji, memperkuat ikatan sosial dan spiritual di antara mereka.
Candi Cetho, dengan keberlanjutan fungsi keagamaannya, menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini, menggambarkan betapa eratnya keterkaitan antara warisan sejarah, arsitektur kuno, dan praktik keagamaan yang masih hidup.
Destinasi Wisata di Sekitar Candi Cetho
Meskipun perjalanan panjang menanjak menuju Candi Cetho, bukan berarti perjuangan Anda sia-sia. Sebaliknya, di sekitar Candi Cetho terdapat beberapa destinasi wisata menarik yang dapat melengkapi pengalaman perjalanan Anda. Berikut adalah beberapa tempat yang bisa Anda kunjungi:
Gunung Lawu
Berada di kaki Gunung Lawu, Candi Cetho tidak hanya menjadi situs bersejarah yang menarik, tetapi juga merupakan salah satu jalur pendakian populer menuju puncak Gunung Lawu. Pemandangan alam yang indah di sekitar candi menambah daya tarik, membuat para pendaki memilih jalur ini sebagai pilihan utama. Berikut beberapa hal yang dapat Anda nikmati saat mendaki Gunung Lawu melalui jalur Candi Cetho:
- Pemandangan Memukau: Selama pendakian, Anda akan disuguhi pemandangan indah di sekitar Gunung Lawu. Keasrian alam, hamparan kebun teh, dan udara segar pegunungan akan menemani setiap langkah perjalanan Anda.
- Warung Tertinggi Pulau Jawa: Di sepanjang jalur pendakian, Anda dapat berhenti di warung tertinggi di Pulau Jawa. Tempat ini menjadi tempat istirahat yang nyaman dan memberikan kesempatan untuk menikmati secangkir teh atau kopi sambil menikmati pemandangan sekitar.
- Situs Bersejarah: Candi Cetho sendiri merupakan situs bersejarah yang dapat menjadi destinasi menarik untuk dijelajahi selama pendakian. Mengenal lebih dekat sejarah dan budaya di sekitar candi akan menambah makna perjalanan Anda.
- Pemandangan Gunung-Gunung di Jawa Tengah dan Jawa Timur: Dari puncak Gunung Lawu, Anda akan diberi kesempatan untuk menikmati pemandangan spektakuler gunung-gunung di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Keindahan panorama ini menjadi hadiah yang memuaskan setelah perjuangan mendaki.
Pendakian Gunung Lawu melalui Candi Cetho tidak hanya menyajikan tantangan fisik, tetapi juga memberikan pengalaman mendalam dengan keindahan alam dan warisan budaya yang kaya. Setiap langkah perjalanan menuju puncak akan memberikan pengalaman yang tak terlupakan, membuat pendakian melalui Candi Cetho menjadi opsi menarik bagi para pecinta alam dan petualangan.
Candi Sukuh
Candi Sukuh memang menjadi destinasi unik dengan ciri khasnya yang berbeda dari candi-candi lain di Indonesia. Keunikan utamanya terletak pada relief-relief yang menggambarkan simbolisme kesuburan, alat kelamin pria dan wanita, dan elemen-elemen yang terkait dengan kehidupan manusia.
- Relief Vulgar dan Simbolisme Kesuburan: Meskipun relief yang menggambarkan alat kelamin pria dan wanita mungkin terlihat vulgar, sebenarnya memiliki makna simbolis yang dalam. Relief-relief ini mencerminkan keinginan akan kesuburan dan kelimpahan, dan dianggap sebagai bentuk doa atau permohonan untuk mendapatkan anugerah kesuburan.
- Fungsi untuk Ruwatan dan Tolak Bala: Seperti Candi Cetho, Candi Sukuh juga memiliki fungsi sebagai tempat ruwatan dan tolak bala. Upacara keagamaan yang dilakukan di candi ini bertujuan untuk membersihkan diri dan menolak segala bentuk bala yang mungkin mengancam.
- Simbolisme Keseimbangan Fisik dan Spiritual: Simbolisme kesuburan yang terdapat di Candi Sukuh dapat diartikan sebagai menciptakan keseimbangan antara aspek fisik dan spiritual dalam kehidupan manusia. Penggambaran kesuburan diharapkan membawa kehidupan yang makmur dan seimbang.
Meskipun Candi Sukuh memiliki elemen yang kontroversial, penafsiran terhadap relief-relief tersebut perlu dipahami dalam konteks budaya dan keagamaan pada masanya. Candi ini tidak hanya sebagai situs bersejarah yang menarik, tetapi juga sebagai warisan budaya yang menyimpan makna dan nilai-nilai khusus dalam pandangan kehidupan masyarakat pada masa lalu.
Candi Kethek
Tidak jauh dari Candi Cetho, sekitar 300 meter ke arah timur, terletak Candi Kethek. Meskipun ukurannya lebih sederhana dibandingkan dengan Candi Cetho dan Candi Sukuh, Candi Kethek menawarkan keunikan tersendiri:
- Struktur Punden Berundak: Candi Kethek memiliki struktur punden berundak dalam beberapa tingkatan, mirip dengan Candi Cetho dan Candi Sukuh. Struktur ini menciptakan kesan artistik yang serupa namun tetap memiliki karakteristik unik setiap candi.
- Stana Kecil di Puncak: Pada puncak Candi Kethek, terdapat stana kecil yang terbalut Kain Poleng khas Bali. Keberadaan stana ini menambah nilai artistik dan keagamaan pada kompleks candi.
- Tanpa Arca atau Stupa: Berbeda dengan beberapa candi Hindu lainnya, Candi Kethek tidak memiliki arca atau stupa yang umumnya terlihat pada candi-candi besar. Keberadaannya lebih fokus pada struktur punden berundaknya.
- Kesamaan dengan Candi Cetho dan Candi Sukuh: Bentuk mirip antara Candi Kethek, Candi Cetho, dan Candi Sukuh menunjukkan bahwa ketiga candi ini mungkin dibangun pada rentang waktu yang sama atau memiliki pengaruh dan gaya arsitektur yang serupa.
Candi Kethek, walaupun sederhana, masih memikat perhatian para wisatawan dengan keindahan struktur punden berundaknya. Keberadaannya yang berdekatan dengan Candi Cetho dan Candi Sukuh membuatnya menjadi destinasi tambahan yang menarik untuk dijelajahi bagi mereka yang tertarik dengan sejarah dan arsitektur candi Hindu di Indonesia.
Fasilitas
Area sekitar Candi Cetho telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang wisata, menciptakan kenyamanan bagi pengunjung yang datang untuk menjelajahi keindahan candi dan alam sekitarnya. Beberapa fasilitas yang dapat dinikmati oleh wisatawan di area Candi Cetho termasuk:
- Area Parkir: Terdapat area parkir yang disediakan bagi kendaraan bermotor wisatawan. Fasilitas ini memudahkan pengunjung untuk tiba dan meninggalkan lokasi dengan nyaman.
- Penjual Makanan: Di sekitar pintu masuk dan keluar candi, terdapat penjual makanan yang menyediakan berbagai pilihan kuliner. Ini memberikan opsi bagi pengunjung untuk menikmati hidangan lokal atau sekadar mengisi perut setelah menjelajahi Candi Cetho.
- Penginapan: Untuk mereka yang ingin mengeksplorasi area lebih lama, terdapat fasilitas penginapan di sekitar Candi Cetho. Penginapan ini dapat menjadi pilihan bagi wisatawan yang ingin merasakan suasana sekitar candi secara lebih intens.
Dengan fasilitas-fasilitas ini, Candi Cetho menciptakan lingkungan yang mendukung dan memudahkan pengunjung dalam menikmati pengalaman wisata mereka. Ketersediaan parkir, pilihan makanan, dan fasilitas penginapan memastikan bahwa perjalanan ke Candi Cetho tidak hanya memuaskan secara budaya dan sejarah, tetapi juga menyediakan kenyamanan praktis bagi para wisatawan.
Tips Berkunjung
Tips Berkunjung ke Candi Cetho di Lereng Gunung Lawu:
- Persiapkan Fisik dan Kondisi Kendaraan:
- Pastikan Anda dalam kondisi fisik yang baik, karena perjalanan ke Candi Cetho melibatkan medan yang cukup menantang.
- Pastikan kendaraan dalam kondisi prima karena jalan yang sulit dapat menguji keandalan kendaraan.
- Pakaian dan Perlengkapan:
- Kenakan pakaian yang nyaman, sesuai dengan cuaca dan aktivitas outdoor.
- Bawalah perlengkapan pendukung seperti topi, kacamata hitam, dan alas kaki yang sesuai untuk menjelajahi candi dan sekitarnya.
- Air Minum dan Bekal Makanan:
- Bawa air minum secukupnya, terutama jika Anda berencana untuk menjelajahi candi dalam waktu yang lama.
- Siapkan bekal makanan ringan untuk menjaga energi selama perjalanan.
- Konsentrasi dan Keamanan Berkendara:
- Jika menggunakan kendaraan pribadi, pastikan fokus dan konsentrasi tinggi selama perjalanan melalui tikungan dan tanjakan.
- Ikuti aturan lalu lintas dan pertimbangkan keamanan berkendara.
- Waktu Berkunjung:
- Pilih waktu berkunjung yang tepat, hindari kunjungan pada cuaca ekstrem atau saat malam hari.
- Jika memungkinkan, kunjungi Candi Cetho pada saat matahari terbit atau terbenam untuk pengalaman yang lebih indah.
- Ojek Lokal atau Guide:
- Jika menggunakan ojek dari pertigaan Nglorong, pastikan untuk bernegosiasi harga sebelumnya.
- Memiliki guide lokal dapat memberikan informasi tambahan tentang sejarah dan makna budaya Candi Cetho.
- Peduli Lingkungan:
- Selalu jaga kebersihan lingkungan. Bawalah kantong plastik untuk sampah dan pastikan tidak meninggalkan jejak sampah di area wisata.
- Kenali Batas-batas Area:
- Ketahui batasan-batasan area yang boleh diakses dan pastikan untuk menghormati aturan dan tanda-tanda yang ada.
- Pergi dengan Kelompok atau Teman:
- Lebih baik pergi bersama teman atau kelompok untuk menjaga keamanan dan memberikan pengalaman yang lebih menyenangkan.
- Cek Ketersediaan Fasilitas:
- Sebelum pergi, pastikan untuk memeriksa ketersediaan fasilitas seperti toilet, tempat istirahat, dan air bersih di sekitar lokasi candi.
Dengan memperhatikan tips di atas, Anda dapat menikmati perjalanan ke Candi Cetho dengan lebih nyaman dan memastikan pengalaman wisata yang berkesan.